21 Februari 2013
Kurebahkan
kepalaku dimeja kayu berbentuk persegi.
Ku coba untuk hilangkan rasa kegundahan ini. Rasa rinduku.
Kupejamkan mata
ini. Sekelebat bayanganmu menggangguku. Kutarik nafas ini sedalam yang kubisa.
“Ini”
Suara itu. Suara yang sangat aku rindu. Bayu ! Kaukah itu ?
Ku berpaling. Jantung ini berdetak kencang. Semakin kencang. Ini benar-benar kau. Berdiri disamping mejaku dengan mimik yang bersahabat.
Suara itu. Suara yang sangat aku rindu. Bayu ! Kaukah itu ?
Ku berpaling. Jantung ini berdetak kencang. Semakin kencang. Ini benar-benar kau. Berdiri disamping mejaku dengan mimik yang bersahabat.
“Ini, gantungan kunci. Maaf ya, aku cuman
bisa ngasih ini” sambil menyodorkannya diatas meja.
“Eeeeeeee, iya Yu, nda papa. Makasih ya” dengan gayaku yang salah tingkah dibuatnya.
Ku ambil gantungan kunci berwarna hitam itu.
“Em Yul, maaf ya talinya itu mbulet
(kusut). Soalnya dipakai anak-anak main tadi (Des and Bams)”
“Iya, ngak papa kok Yu. Jadi kamu udah
ngak marah sama aku ?”
“Sapa yang marah, aku ngak marah kok” jawabnya
dan langsung mengambil tempat duduk disebelahku.
Dia melihatku cukup lama. Senyumnya melelehkanku.
Seakan tak percaya.
“Beneran Yu? Jadi selama ini kamu cuma
pura-pura marah sama aku?”
Dia hanya menganggukkan kepalanya
disertai senyuman kemenangan.
Dengan spontan aku menggelitik perutnya,
mencubitnya seenakku.
“Ahh, ngak lucu tau Yu. Ih, ngak enak tau
didiemin kayak gitu. Kenapa juga lama banget pura-puranya?”
“Haha, iya sayang, ngak lagi kok”
>>Di sepanjang pematang sawah,
motor ini melaju. Ada aku dan dia. Aku
yang berbalut jilbab hitam sedang membaca sebuah buku.
#06.00 WIB
Oh, hanya mimpi. Aku hanya bisa tersenyum
kecil. Tak mengapa walau itu hanya mimpi. Perasaan bahagia itu masih melekat. Semangat
berbeda yang menuntun senyumku dihari itu :)
Komentar
Posting Komentar