Langsung ke konten utama

Wedangan tempat baruku Belajar :D

Februari

Waktu terus berputar, dan aku pun harus ikut berputar. Harus bisa sedewasa mungkin. Semampuku ! Mentalku juga harus ikut terupgrade. Nggak lucu kan ya kalau seorang mahasiswa tapi mentalnya mental anak SMP, bahkan anak SD. Jangan sampai !
Itulah yang sedang aku asah. Mentalku ! Berdiri didepan orang banyak. Itu adalah salah satu kelemahanku *sejak SD dulu. Yang kenal aku pasti tau 

Entah berapa banyak nasehat dan makian orangtuaku kepadaku saat aku masih di abu-abu.
Menurut mereka, aku ini pengecut, penakut dan lemah. Iya, dulu memang aku lemah, sangat lemah. Aku saja sampai malu jika melihat diriku dulu. Menyedihkan sekali x_x | Kasian *cupcupcup

Sejak aku hijrah disini, di solo ini, aku mulai menyadari, aku ini istimewa. Aku pantas untuk percaya diri. Bukan bermaksud sombong, tapi itulah satu-satunya kekuatanku. Tuhan yang membuat aku percaya. Dia memberikan keajaiban-Nya, kepercayaan diri.
Siapa lagi yang akan mempercayai kita selain diri kita sendiri? Kalau kau bisa mempercayai dirimu sendiri dan membuktikannya, maka orang lain akan mempercayaimu. Yah, sesimpel itu. Hampir simpel !

Tiba saatnya malam minggu | Semoga hujan yang deres Ya Allah | Memprihatinkan sekali orang ini Ya Allah
Hahaha, seingatku saat itu tanggal 8, pas saat ulang tahunnya Mba Minah
Yap, kami dulu memang sempat agak jauh, tapi berkat adanya si abang dan singsong gila-gilaan, kami dekat kembali. Yeeyy :D | Abang, Singsong, terimakasih, kalian memang the best :* | Alaynya gak ilang-ilang -_-

Biasalah, ritual ulang tahun adalah harus mentraktir makan orang-orang kece, dan karna aku kece, maka aku ditraktir makan | Bukannya karna kekurangan makan ya makanya ditraktir >_<  | Diem deh -_-
Dan, jadilah kami makan di wedangan | Great! Nasi kucing lagi -_- | Kapan aku bisa bahagia dan makan enak Tuhan! Hidup ini gak adil *pura-pura mati
Nb : Bagi yang nggak tau nasi kucing, ke laut aja lu yaa | Ngapain? | Nanya noh sama ikan cupang, pasti tau

Kejutan.
Di wedangan yang dipilih oleh si Abang, ada beberapa alat musik berada dipojoknya, dekat dengan parkiran. Ada keyboard, dram kecil, gitar listrik, stand mic.
Pikirku, bakalan betah deh. Kami pun mengambil tempat yang paling dekat dengan panggung. Karna kebetulan, kami semua suka musik. Suka apapun yang indah. Dan musik itu indah. Serius !

Sang vokalis cewe itu pun membawakan beberapa lagu lama yang menggugah hati siapa saja yang mendengarnya. Termasuk aku.
“Dan kalau ada yang ingin menyumbangkan lagu atau mau request silahkan” si vokalis menawarkan

Entah itu setan atau malaikat yang lewat di otakku
Aku pengen pake banget buat nyumbangin suaraku yang pas-pasan ini x_x
Berdiri disana, didepan muda-mudi yang sedang menghabiskan malam minggunya yang katanya indah (pret -_-)  Oh Tuhan, beranikah aku? *Seingatku, aku nggak pernah punya keinginan untuk bernyanyi didepan orang banyak, nggak berani!

Lagu lama men! Kau tau apa tentang lagu lama | Tau kok, yang diobok-obok airnya itu kan | Salah gaul ternyata anak ini -_-

Semua rasa takut, malu, gugup dan kebelet pipis bercampur jadi satu.

“Ayo Mbak, kita duet. Jelek nggak papa. Ngetes mental. Ayo mba, masak mau malam minggu kita sama aja dengan malam minggu lain. Harus beda dong, ayo. Kesempatan yang jarang didapat ini, biasanya kita nyanyi mbayar, nggak ada yang dengerin. Ini lumayan loh, gratis. Hahaha”

Si Mba cuma masang muka “ah tenane” *yang artinya ah serius, ah beneran | mengisyaratkan ketidakpercayaan

Tapi akhirnya, dia juga mau -_-
Dengan rasa setengah percaya diri, aku bangkit dari papan kayu yang sedari tadi menjadi tempat kegelisahanku, aku melangkah, mengambil benda hitam yang biasa digunakan para vokalis.
“Test-Test-Test”
Biar kayak beneran gitu nah kan. Hahaha

Si abang mulai jahat.
“Yul, pokoknya harus bagus, lek elek, aku tak langsung muleh, isin aku

“Mau nyanyi lagu apa Mba?” si vokalis bertanya
Jebret....
Satu-satunya lagu lama yang aku tahu, Gang Kelinci.
Dan aku menjawab
“Lagunya Rani Mba, Gang Kelinci”
Ku hadapkan wajahku ke arah muda-mudi yang sepertinya sudah menungguku *ngarep, hahaha

Musik pun mulai dimainkan. Si vokalis pun membantu memberikan kode kapan aku mulai masuk.

|| Jakarta, kotaku indah dan megah, disitulah aku dilahirkan
*Ternyata gak sia-sia sejak kecil aku mendengarkan Ayahku menyanyikan lagu ini, bermanfaatnya setelah bertahun-tahun kemudian *nggak ada yang sia-sia :)

Dengan malu ku nyanyikan lagu itu. Tak berani ku pandang kedepan. Aku hanya menunduk. Aku mencuri pandangan ke Abang, dan dia ngasih 2 jempol sambil merekam kami dengan handphonenya.

“Bagus Yul, sip”
Dan ketika si Abang bilang bagus, aku mulai berani menghadap ke depan. Seketika ku lihat raut wajah mereka yang melihat kami biasa saja, tak merasa terganggu sedikitpun.
Rasa canggung, rasa ragu, rasa malu ku rasakan seketika itu. Takut kalau aku merusakan keindahan malam mereka. Karna, malam itu adalah salah satu malam yang indah bagiku. Kebetulan Si Bulan bersinar sangat terang. Menerangi semua wajah para penikmat wedangan yang saat ini berada didepanku.

Memasuki reef, aku mulai agak santai. Aku mulai bisa menikmati ini. Kepala, tangan dan kakiku pun tak bisa mengingkarinya. Semua bergoyang mengikuti irama. Hanya goyangan anggukan dan sedikit hentakan kaki.

Malam itu, aku berhasil menyelesaikan tantangan ku sendiri.
Bukan apa-apa sih ya, aku hanya ingin melatih diriku terbiasa dengan tantangan. Terbiasa dengan rasa takut, rasa ragu dan berusaha membiasakan diriku menghilangkan kata “aku nggak bisa ah, kalian aja” atau “susah, aku nggak bakal bisa bah”. Sebenarnya, yang ditakutkan itu adalah ketika kita takut di hina, di caci karna kita nggak bisa. Siapapun itu, jujur deh, pasti karna itu. Kita nggak siap ketika kita salah, gagal dan di ejek orang lain.

Mungkin memang benar ya, musuh terbesar manusia itu adalah dirinya sendiri. Bagaimana bisa kita mengalahkan orang lain kalau kita saja tak bisa mengalahkan diri sendiri.
Menurutku, pahami ini
Jika kita bisa mengalahkan diri kita sendiri, otomatis kita telah mengalahkan orang lain. Bener loh. Kalau kita mengalahkan diri kita sendiri berarti kita sudah berada satu tingkat di atas orang lain. Bagiku, berada satu tingkat diatas orang lain itu sudah termasuk mengalahkan. Yah tergantung persepsi masing-masing sih.

Nah, berada satu tingkat diatas orang lain itu yang paling mudah menurutku adalah berprilaku, beraktivitas tidak seperti orang kebanyakan. Be different ! You can find the miracle ! Percayalah

Nah, tinggal mau ke arah yang positive atau negative *kalau masalah baik buruk, aku nggak mau bahas :D | Kenapa? | Ihh, kepo deh | -_-

Karna itu, akhir-akhir ini aku sering melakukan hal-hal aneh dan berteman dengan orang-orang aneh
Tujuannya cuma satu, ya pengen mencari miracle itu tadi *modus ternyata. Haha, bukan modus, tapi hanya penyemangat saja :D

Kalau ada yang bilang jadi orang itu yang biasa-biasa saja, ra sah neko-neko atau apalah sejenisnya, dia kudu, harus, wajib nyoba jadi orang aneh. Orang aneh itu susah loh dari pada orang biasa. Menjadi yang berbeda diantara yang umum itu anugrah ! | Udah, sampai sini aja :D
Oh iya lupa, yang tadinya kebelet pipis. Tiba-tiba saja nggak jadi kebelet :D

Sekali lagi, malam itu adalah malam yang hebat ! Coba dan rasakan nikmatnya :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Aku Kembali dari Kematian Pikiranku

Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai melupakan sisi diri ku yang senang menulis. Ya seperti saat ini, hari ini tanggal 17 November 2024 Tuhan mengajakku bernostalgia dengan membawa ku kembali ke masa itu. Masa dimana aku mampu menikmati hidup, merenungi setiap hal dan kejadian, mengistimewakan setiap momen yang terjadi dan tidak tau bagaimana rasanya kelelahan.  Hari ini, Tuhan mengajarkan aku bahwa beberapa tahun kebelakang adalah tanda bahwa aku hanyalah manusia. Manusia adalah tempat lupa dan lalai. Begitupun aku, yang lupa apa yang membuat aku hingga sampai disini. Ingin rasanya aku segera rangkum semuanya, tapi kalau seperti itu, aku akan melewatkan momen spesialnya dari setiap kejadian. “ Karna tidaklah terjadi suatu kejadian agar bisa kita petik hikmahnya ” ini adalah kalimat yg membayangi ku beberapa hari terakhir. Selalu terngiang dan membuatku terasa sangat sesak beberapa hari ini. Apakah mungkin karna ini? Karna Tuhan ingin aku kembali menuliskan semua momen itu untuk...