Langsung ke konten utama

Kita sama-sama manusia. Dan begini caraku memperjuangkan manusia seperti kita :)

6 April 2015

Tak peduli seberapa kuat aku menjagamu, menahanmu, menjelaskan bagaimana kau harus bersikap kepadaku. Nyatanya, kau juga tidak mengerti bagaimana perasaanku kepadamu.

Aku menyerah. Perlahan, mulai sekarang aku melepasmu. Membiarkanmu menjalani peranmu sebagaimana apa yang ada diotakmu, egomu, hati dan perasaanmu. Sedangkan aku, akan menjalani peranku sebagai orang yang sedang berjuang untuk bisa sejalur denganmu.

Selama ini, sejauh aku mengenal dan bersamamu aku belum menemukan jalurmu. Rasanya, aku terlalu rendah menggapaimu. Kau terlalu tinggi untuk aku jangkau. Jalanmu terlalu jauh denganku. Hari demi hari aku mengejarmu dengan mengikutimu di jalurmu. Tapi itu terlalu jauh. Ku memanggilmu untuk menungguku, memintamu memperlambat langkah agar bisa sejajar denganku, tapi masih saja kita terlalu jauh.

Beberapa kali aku berhenti mengejarmu untuk membuatmu sadar kalau aku lelah. Dan berulang kali juga kau menyemangatiku untuk tetap kuat, untuk terus bisa percaya bahwa kita bisa sejajar. Apapun yang ada didepanku, pasti bisa aku lewati. Kau terus mengatakan itu.

Iya aku bisa. Tapi aku tidak bisa jika terus mengejarmu seperti ini. Aku membutuhkan mu untuk menghadapi semua rintangan yang ada didepanku. Bukan membiarkan aku sendiri menghadapinya. Aku bukan malaikat. Aku manusia layaknya Hawa yang membutuhkan tulang rusuk Adam untuk bisa hidup.

Dan sejak keributan kita kemarin, aku memilih jalanku sendiri. Mengambil jalan pintas kalau ada. Jalan yang bisa mencegatmu dari depan.  Sebisa mungkin, aku akan mengejarmu dengan caraku sendiri, tapi bukan lagi dijalurmu.

Jangan heran jika nanti aku tidak lagi menuntutmu ini itu. Jangan heran kalau aku nanti akan lebih banyak diam. Jangan heran, kalau amarahku lebih sedikit dari biasanya. Semua itu aku lakukan untuk menjaga sendiri hatimu dan hatiku.

Tak peduli bagaimana kau bersikap padaku nanti. Tak peduli berhubungan dengan siapa kamu. Tak peduli harus sesakit apa aku melewati jalurku ini. Tak peduli seberapa besar amarah, cemburu, kecewa yang harus aku tahan.

Aku percaya, Tuhan mendekatkan kita dengan sebuah alasan. Walau sampai sekarang aku belum bisa menafsirkan. Tapi, beginilah caraku bersyukur.

Setidaknya, aku bersyukur masih bisa bersamamu. Setidaknya, aku masih bisa mendegar suaramu. Tertawa bersama, berjuang bersama. Aku bersyukur kita masih bisa seperti itu. Dan aku akan menjaga agar kebersamaan ini tetap berlanjut entah sampai kapan.

Sebagai tanda bersyukurku dengan kehadiranmu disisi, bersediakah kamu untuk menungguku diujung jalan kita nanti? Aku tak tau berapa lama aku bisa sejalur dan sejajar denganmu. Tapi, dengan umur dan waktu yang sudah banyak ini, aku tak mau menyianyiakan kebertemuan kita ini. Dan jika aku telah sampai denganmu, maukah kamu menggandengku? Agar aku bisa terus melangkah bersamamu dan tak tertinggal jauh dibelakangmu. 

Tak peduli seberapa banyak lagi halangan yang kita hadapi nanti. Tak peduli berapa kali lagi kita bertengkar hebat. Tak peduli harus berapa panjang aku merapalkan doa.

Yang aku tau. Aku bersyukur masih bisa bersamamu walau dengan keadaan hatiku yang seperti ini.

 Untukmu, saat ini aku belajar mengalah dan menikmati rasa sakit :)

Wallahualam  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Aku Kembali dari Kematian Pikiranku

Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai melupakan sisi diri ku yang senang menulis. Ya seperti saat ini, hari ini tanggal 17 November 2024 Tuhan mengajakku bernostalgia dengan membawa ku kembali ke masa itu. Masa dimana aku mampu menikmati hidup, merenungi setiap hal dan kejadian, mengistimewakan setiap momen yang terjadi dan tidak tau bagaimana rasanya kelelahan.  Hari ini, Tuhan mengajarkan aku bahwa beberapa tahun kebelakang adalah tanda bahwa aku hanyalah manusia. Manusia adalah tempat lupa dan lalai. Begitupun aku, yang lupa apa yang membuat aku hingga sampai disini. Ingin rasanya aku segera rangkum semuanya, tapi kalau seperti itu, aku akan melewatkan momen spesialnya dari setiap kejadian. “ Karna tidaklah terjadi suatu kejadian agar bisa kita petik hikmahnya ” ini adalah kalimat yg membayangi ku beberapa hari terakhir. Selalu terngiang dan membuatku terasa sangat sesak beberapa hari ini. Apakah mungkin karna ini? Karna Tuhan ingin aku kembali menuliskan semua momen itu untuk...