Ketika kita mulai berbeda. Ketika semua
tak lagi sama. Ketika ada orang lain yang datang dan pergi. Ketika masalah
sering muncul dan tenggelam dan ketika lebih nyaman bila sendiri
Yang dulu merasa bahwa kita sama, kini
perbedaan memberi batas yang tampak jelas. Yang dulu kita beranggapan bahwa kau
dan aku adalah kepingan puzzle yang terpisah kini mulai tampak ada paksaan.
Yang dulunya selalu ingin tertawa bersama, kini mulai mencari tawanya sendiri.
Dulu kamu adalah hal indah yang selalu
bisa membuatku tersenyum. Tawa dan binar tak bisa lepas saat aku bersamamu.
Namun kini, bulir bulir airmata saja yang sering aku dapatkan ketika aku beradu
denganmu. Kadang aku memilih mengatakan “lupakan” ketika kita sedang beradu
tentang apapun. Tapi sebenarnya itu menyisakan kesedihan di sudut hati.
Aku menyayangimu....
Aku mulai tak nyaman dengan kita yang
sekarang. Terlintas untuk mengakhiri adanya kita. Terlintas untuk pergi dan
memilih melupakan semua yang pernah terjadi. Menganggap kamu tak pernah ada.
Tapi..
Harapan yang selalu membuatku kembali
padamu
Berharap agar waktu bisa terulang
kembali. Berharap aku dapat merasakan kamu seperti dulu. Berharap kamu adalah
teempat terakhir yang Tuhan sediakan untukku
Perlahan aku belajar menerima kamu. Menerima
kebiasaanmu, menerima sikapmu, menerima gaya bahasamu, menerima cara berpikirmu,
dan apapun itu aku berusaha belajar menerima.
Mungkin kalau dikatakan aku bisa, ya
aku bisa. Tapi ada hal yang selalu mengganjal. Ada keresahan dan
ketidaknyamanan yang selalu aku tutup-tutupi. Secara aku sadari, aku
berpura-pura meenjadi orang lain. Berpura-pura menerima. Berpura-pura nyaman. Berpura-pura
tak ada apa-apa.
Aku lelah...
Komentar
Posting Komentar