Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu
saling menjauh.
Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir.
Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir.
Sempat aku menyesal memulai kisah yang
hampir sempurna ini.
Hati ini kembali menggetarkan pipi.
Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang
mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang
selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya.
Malam ini aku kembali menjerit dalam
doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan
lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku.
Aku baru saja bertemu kembali dengan
dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu
membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta,
aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya.
Kembali aku mengusap air mata ini.
Menahan rasa sesak yang mengisi relung jiwa.
“Cukup saja sampai disini aku meminta.
Ambil saja semua rasa yang pernah Kau singgahkan di hati ini. Sadarkan aku jika
ini semua salah dan tuntun aku pada yang sebenar-benarnya petunjuk. Aku takut
aku tak mampu”
-Solo-
Komentar
Posting Komentar