Langsung ke konten utama

Aku lemah !



16 Desember 2013

Pernah nggak ngerasain perasaan nggak enak, nggak nyaman, bingung, yaah sejenis galau lah, tapi beda. Mungkin bisa dibilang mati rasa.
Mati rasa sama galau itu beda. Galau itu banyak sedihnya, melow dan hal-hal yang menyedihkan lainnya. Tapi kalau mati rasa itu, sedih nggak, senang nggak, lemes, ngak bersemangat, bingung, diam, pengen sendiri, malas bicara, malas ngapa.ngapain, yang dipengenin cuma diem.

Aku merindukan pelukanMu. Disaat hati ini kosong, pikiran ini kacau, hidup ini terasa hampa, hanya Kau yang mengerti bagaimana posisiku sekarang.
Aku mati rasa Tuhan. Aku ingin bisa tertawa, aku ingin bisa menangis, tapi tak bisa. Perasaanku benar-benar kosong. Aku tak punya alasan untuk tertawa ataupun menangis.

Ku pandangi wajahku dipantulan cermin. Lama. Cukup lama.
Lalu perlahan, air mata ini jatuh.
Sakit. Sakit sekali.
Sesak, sesak sekali.
Aku menunduk, semakin rendah dan rendah. Kepalaku menyentuh kedua tanganku yang bertumpu di meja riasku. Cermin memantulkan bayangan kesedihanku.

Aku lelah Tuhan.
Aku lelah sendiri seperti ini.
Aku butuh orang yang bisa menenangkanku.
Aku butuh orang yang menepuk-nepuki punggungku saat aku menangis seperti ini.
Aku butuh orang yang berkata “teruslah menangis, tak apa, aku disini”.
Aku butuh orang yang berkata “kamu kenapa sih? Ceritalah” disaat aku bilang aku tak apa.
Aku butuh orang yang bilang padaku kalau semuanya akan baik-baik saja 
“aku slalu ada kok buat bantuin kamu, kamu yang kuat ya”
Aku lelah menghapus sendiri air mataku ini. Lelah Tuhan.
Aku butuh sandaran. Sandaran yang bisa memegangku.
Sandaran yang bisa aku ceritakan semua keluh kesahku.
Sandaran yang bisa menuntunku ketika aku lupa arah.
Sandaran yang tak meninggalkanku seenaknya. 

Terkadang, aku benar-benar bisa menjadi orang yang paling lemah. Menyedihkan -_-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Aku Kembali dari Kematian Pikiranku

Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai melupakan sisi diri ku yang senang menulis. Ya seperti saat ini, hari ini tanggal 17 November 2024 Tuhan mengajakku bernostalgia dengan membawa ku kembali ke masa itu. Masa dimana aku mampu menikmati hidup, merenungi setiap hal dan kejadian, mengistimewakan setiap momen yang terjadi dan tidak tau bagaimana rasanya kelelahan.  Hari ini, Tuhan mengajarkan aku bahwa beberapa tahun kebelakang adalah tanda bahwa aku hanyalah manusia. Manusia adalah tempat lupa dan lalai. Begitupun aku, yang lupa apa yang membuat aku hingga sampai disini. Ingin rasanya aku segera rangkum semuanya, tapi kalau seperti itu, aku akan melewatkan momen spesialnya dari setiap kejadian. “ Karna tidaklah terjadi suatu kejadian agar bisa kita petik hikmahnya ” ini adalah kalimat yg membayangi ku beberapa hari terakhir. Selalu terngiang dan membuatku terasa sangat sesak beberapa hari ini. Apakah mungkin karna ini? Karna Tuhan ingin aku kembali menuliskan semua momen itu untuk...