Langsung ke konten utama

Sayang adalah Ketika Memaksa dan Mau Dipaksa

Perubahan?
Entah itu sikap, perilaku, kebiasaan, pikiran dan persepsi

Jujur aku ingin sekali melihatmu berubah
Tapi aku ingin perubahan itu bukan karna diriku. Bukan karna takut melihatku marah. Bukan karna takut aku memukulmu.
Aku ingin kau berubah agar menjadi orang yang baik
Orang yang lebih daripadaku
Sekarang aku sudah berubah
Jujur, aku berubah seperti ini karna takut denganmu. 
Takut jika kau marah kepadaku. Takut jika kau memukulku.
Aku ingin kau mengerti bahwa perubahan ini bukan aku.
Bukan yang aku inginkan
Bukan yang membuat aku senang
Aku tau alasanmu, tapi bisakah beri aku waktu saat aku benar-benar siap dan ikhlas
Setiap hari tak kenal lelah aku mendesakmu berubah
Aku rasa kau mulai jenuh dan lelah dengan sikapku ini
Aku tau kau mulai berontak
Aku tau kau mulai bersandiwara didepanku
Didepanku kau manis sekali
Tapi dibelakangku aku tak tau apa yang kau lakukan
Mungkin sebenarnya aku tau.
Tapi aku diam saja.
Mungkin caraku yang salah selama ini.
Iya aku telah berubah.
Tapi rasa jenuh mulai menghinggapiku
Godaan mulai datang kembali
Aku mulai tau bagaimana mengatasinya
Didepanmu aku menjadi apa yang kau inginkan
Tapi saat tidak ada kau, aku menjadi diriku sendiri
Iyaa, ini menyenangkan. Aku tak lagi mendengar omelanmu setiap hari. Tapi aku tetap bisa menjadi diriku sendiri seperti ini. Mendapatkan kenyamananku sendiri.

Aku sadar kau sekarang bukan orang yang bisa kukendalikan seutuhnya
Aku sadar suatu saat nanti kau pasti akan jalan dijalanmu sendiri
Menanggung semua perbuatanmu sendiri
Aku hanya takut
Aku takut kau tidak mampu memikulnya.
Aku takut jika kau seperti ini terus, bagaimana kau menjalani hidupmu nanti
Aku sayang padamu
Karna itu aku memaksamu untuk menjadi seperti yang aku inginkan
Bukan aku sok tau tentang apa yang terbaik untukmu
Tapi aku sudah pernah merasakan semua itu.
Aku hanya tak ingin kau merasakannya juga.

Iya.
Aku sekarang sudah memiliki jalanku sendiri
Jujur, perubahan ini secara perlahan menjadi jati diriku.
Kau mulai merubah caramu mengubahku
Kau mulai menggunakan kata-kata yang lembut untuk membujukku
Kau menggunakan kata sayang padaku
Kata yang selama ini belum pernah aku dengar darimu, karna yang aku dengar hanyalah omelan-omelan panjangmu
Secara tidak sadar kini aku paham
Mengapa kau dulu sangat memaksaku berubah?
Mengapa aku sekarang sudah bisa berubah dengan kemauanku sendiri tanpa adanya sandiwara?
Jawabannya hanya satu kalimat yang sangat sederhana.
“Kita saling sayang”
Kalimat sederhana yang sudah biasa kita dengarkan
Kalimat sederhana yang memiliki arti yang dalam jika benar-benar dapat kita rasakan.

Kesadaran menyayangi seseorang tidak bisa dilakukan dengan jangka waktu yang singkat.
Perlu adanya proses untuk menyadarinya

Nak, Ibu sayang sekali sama Yuli.
Yuli gak maukan kalau Bapak sama Ibu masuk neraka cuma karna Yuli gak berjilbab?

Iya Ibu. Sekarang Yuli sudah berjilbab kok. Masih berusaha sempurna Bu. Doakan saja Yuli supaya bisa ya Bu.
Air mata ini menetes lagi.

Ikhlas itu telah datang kepadaku. Aku telah menemukan alasan mengapa aku harus seperti ini.
Kebiasaan untuk senantiasa berjilbab kemanapun telah aku dapatkan. Hanya perlu ditingkatkan dan dipertahankan saja. Sadar kok kalau terkadang godaan luar datang.
Tapi, Ibuku tau kok kalau perubahan itu butuh proses
Aku juga tau kok perubahan itu kudu dipaksa. Gak serta merta bisa berubah.

Itu artinya jika ingin merubah seseorang yang kita sayangi, kita harus hargai prosesnya.
Dan untuk orang yang sekarang sedang berjuang berubah demi seseorang yang dicintainya tetap semangat dan tetap memaksa diri ya.
Hilangkan kata pasrah! Hilangkan kata susah!
Kau tak pernah tau betapa lelahnya merubahmu. Lelah untuk terus kuat berada disampingmu. Berapa sabar yang harus dikeluarkannya hanya untuk tetap bisa bertahan bersamamu.

*******

Tulisan ini adalah ceritaku tentang betapa susahnya sadar jika aku sangat menyayangi Ibuku. Jujur, dulu aku tak bisa merasakannya. Jilbab pun tak bisa ku rasakan.

Di sore ini, sujudku hanya untuk berterimakasih kepadaMu Tuhan
Terimakasih karna telah mengulurkan sayangMu lewat orang-orang yang sayang kepadaku dengan cara-cara yang indah :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Sampai Nanti :)

Backsound by Threesixty-Sampai Nanti Halo malaikatku. Sekarang kau telah menjadi salah satu bintang yang sampai sekarang masih dapat ku lihat terangnya. Sejak banyaknya angin menghempas tali diantara kita, perlahan aku mengiyakan mu menjadi salah satu bintang di langitku. Siang ini langit mendung, dan tugas-tugasku pun sudah selesai ku kerjakan. Rasanya kalau kau sudah tak berada di sisiku pun sekarang aku terbiasa. Dan mungkin ini adalah cerita terakhir ku tentangmu. Dimana kan ku simpan semua harapan ini disaat ku temui, jalan yang tak bertepi Tak pernah ku lupa bagaimana kita dulu meminta saling menjaga satu sama lain. Menjatuhkan pilihan padamu dan padaku. Berharap jika ini nantinya berjodoh. Satu tiga lima tujuh bulan berjalan. Seperti hubungan lainnya kita diterpa berbagai masalah. Delapan sepuluh dan satu tahun hubungan kita terlalui, ada banyak hal yang dapat kita ambil sarinya, ilmu bahkan pahitnya rasa.   Seiring redup hati selimuti senyummu ta...

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...