Ini adalah penggalan dari beberapa
kalimatku untuk Rio.
Aku mengingatnya bukan berarti
merindukannya. Hanya saja aku ingin mengenangnya sebagai salah satu kepingan di
hidupku agar tak menguap sia-sia.
Awal Januari 2015 aku menghampiri kos mu dan menitipkan lembaran yang berjumlah 32 lembar ini kepada seorang temanmu
untukmu orang yang kemarin
telah aku perjuangkan
Aku bingung jika ingin menceritakan bagaimana awal
perjuanganku untukmu.
Seingatku, tak perlu waktu banyak untuk kita bisa dekat.
Mungkin salahku yang terlalu mudah menerimamu. Sehingga aku belum bisa banyak
belajar mengenalmu lebih jauh.
Percayalah, sedari awal kita bertemu aku telah
memperhatikanmu. Tapi saat itu kau masih bersama seseorang :)
Membantuku, menemaniku, menjadi semangatku dan
mengajariku membaca Al-Quran kembali. Itu permintaanmu kepadaku.
Kita sama-sama saling mengingatkan pintaku. Masih
ingatkah kamu?
Diawal Oktober, di awal hubungan kita aku merasa bahagia
memilikimu. Kau bisa memanjakan ku dengan tepat. Aku bahagia sayang. Apakah kau
juga merasakannya?
Jujur aku suka postur tubuhmu yang seperti itu. Aku suka
rambutmu yang walaupun kacau seperti itu, tapi aku suka :D Bagaimanapun kamu,
aku suka sayang.
Sering saat kenakalanku muncul, kita mengibaratkan Radit
dan Jani adalah kita. Haha, Vino adalah manusia favorit kita. Dan kau
mengatakan kalau Vino adalah kakakmu. Iya, mirip kok. Jenis kelaminnya doang :D
Di awal November, kau berencana mendaki puncak Rinjani.
Walaupun dengan uang seadanya kau tetap nekat kesana. Walau ada rasa khawatir
terhadapmu, aku menunggu kepulanganmu.
Ingat saat kau aku jemput di stasiun Purwosari? Dari
kejauhan itu aku melihatmu. Masih terekam jelas saat itu kau menenteng gitar
baby dan tas gunung berukuran standar tergantung dibahumu. Memakai sepatu yang
menurutku pas dengan postur tubuhmu. Memakai baju putih yang sebenarnya tidak
pas jika disebut baju, soalnya lengannya buntung seperti kaos dalam. Dengan
wajah dan sebagian tanganmu gosong, kau tetap bisa membuatku merasa jatuh cinta
lagi kepadamu. Ada rasa getir di dalam hatiku. Aku tersenyum sendiri melihatmu
dari kejauhan sebelum aku menghampirimu. Aku tertawa melihatmu. Kau mengira aku
menertawakan kulitmu yang berubah gosong. Padahal sebenarnya bukan itu. Aku
tertawa merasakan rasa itu lagi. Sekali lagi, aku bahagia masih memilikimu saat
itu.
Tapi, taukah kau setelah itu ku harus menahan hatiku
lagi. Kesabaranku kembali diuji.
Sesampainya di kos, kau mengeluarkan semua barang-barang
yang ada di tasmu. Kemudian kau menjemput kembali temanmu di stasiun. Refleks
tanganku membersihkan semua yang kau hamburkan tadi. Banyak pasir pantai
berjatuhan dari barang-barang itu. Ada lipatan-lipatan kertas yang rasanya
ingin aku buka. Disitu aku menemukan selamat ulang tahun Yuli Asih Setyowati
(kalau gak salah, aku juga lupa) dan bertuliskan puncak Rinjani bla bla bla
(kayaknya, aku lupa). Aku tersenyum tipis, sebegitu tidak berharganya kah aku
sampai-sampai namaku pun masih salah kau tuliskan. Tapi terimakasih sayang, kau
sampai menuliskan seperti itu untuk kado ulang tahunku yang masih lama itu.
Apakah kau memang memikirkan kita sampai selama itu?
Di lembaran kertas kedua aku lupa isinya apa, tapi tepat
dilembaran kertas terakhir, kau menuliskan Rylovya (kalau gak salah gitu)
dengan ada sebuah kalimat dibawahnya. Ada rasa sakit setelahnya. Aku tau, kau
belum bisa melupakan kekasihmu itu. Aku memang tidak secantik dia, tidak
seputih dan semulus dia, tidak semontok dan mungkin juga masih lebih baik dia
daripada aku. Aku mungkin belum bisa membuatmu sayang padaku. Aku menyadari
itu.
Ku lipat kembali kertas itu. Ku kembalikan seperti bentuk
awalnya agar kau tak tau kalau aku telah membacanya. Gak mau kan kalau tulisan
ulang tahun untukku telah lebih dulu aku baca? Kasihan kamu yang ingin
memberikan itu untukku. Sebenarnya ingin protes karna namaku yang salah itu,
tapi aku tak ingin tulisan itu sia-sia sayang.
Keesokan paginya, aku yakin kau masih terbaring di atas
kasurmu. Untuk pertama kalinya aku memberanikan diriku naik ke kamarmu tanpa
ada kamu yang menjemputku didepan seperti biasa. Dengan membawa 2 bungkus nasi
penyet dan 2 bungkus es jeruk aku mengetok kamarmu. Dengan wajah yang
benar-benar berbeda aku baru sadar kalau kau memang gosong sayang :D
Hari itu aku berniat membersihkan wajahmu. Sambil
bercerita tentang kekasihmu dulu yang sering membersihkan wajahmu. Lupakah,
kalau itu sudah pernah kau ceritakan kepadaku? Tapi sudahlah, aku tetap
membiarkanmu bercerita sampai kau lelah sendiri. Aku tau, dia masih ada
dihatimu walau kau mengatakan kalau sudah tidak ada lagi. Ku lihat raut wajahmu
yang begitu nyamannya menceritakan dia. Bagaimana mungkin bisa aku tidak tau
ada rasa yang masih kau simpan. Aku siap menjadi teman ceritamu. Karna aku
tidak hanya ingin menjadi kekasihmu. Aku juga ingin menjadi temanmu yang kau
bagi suka maupun duka. Tapi kau masih belum bisa menceritakan apapun denganku. Sampai
saat ini, aku tidak tau apa-apa tentang mu. Yang aku tau hanyalah kisahmu
dengan kekasihmu dulu. Karna hanya itu yang kau ceritakan kepadaku.
Saat kau meminta untuk sendiri dulu, aku mengiyakanmu.
Mungkin kau memang tidak membutuhkanku untuk menyelesaikan masalahmu.
“Kamu itu pacarku yang seharusnya aku beri kebahagiaan,
bukannya malah bagi-bagi masalah” itu yang kau katakan padaku saat aku
memaksamu menceritakan masalahmu kepadaku.
Sejak saat itu, aku diam tanpa menghubungimu. Apakah ini
tanda bahwa aku akan kehilanganmu? Bagaimana bisa hubungan berjalan kalau hanya
merasakan senang saja. Bagaimana bisa aku masuk dihidupmu kalau aku saja tidak
bisa membantumu di kala kau sedang susah. Aku takut ada orang lain yang bisa
melakukan itu. Aku merasa tidak berguna sayang. Maaf kalau aku belum bisa
membuatmu percaya padaku. Maaf kalau aku belum bisa membantumu apa-apa.
30 November 2014
Malam itu aku sendiri menikmati semangkuk wedang ronde.
Sudah menjadi kebiasaan setiap kali aku menyantap wedang ronde pasti ku jadikan
display pic di BBm. Sudah lama sekali aku tidak menikmatinya sejak bersama
denganmu. Karna sepertinya, malam-malam ku pasti bersamamu sehingga aku
melupakan kesenanganku yang satu ini. Selain itu karna beberapa hari itu aku
sibuk membuat wayangku. Kau menanyakan ku dimana setelah display ku terganti.
Kau bilang boleh gak kalau kau menemaniku disini. Tentu boleh sayang. Sangat
boleh. Aku dulu pernah memimpikan menikmati wedang ronde bersamamu. Karna hanya
orang-orang tertentu saja yang aku ajak ngeronde bersama. Bagiku, ngeronde
adalah saat yang pas untuk saling mendekatkan. Suasananya yang syahdu dengan
lampu kuning disepanjang jalan Ngarsopuro ini menambah ketenangan dihati para
penikmatnya.
Syukurlah kalau kau sudah kembali. Aku baru tau kalau kau
tidak begitu suka dengan wedang jahe. Akhirnya, aku juga yang menghabiskan
jatahmu. Malam itu aku senang bisa melihatmu lagi sayang.
Terkadang, aku ingin kembali di awal saat kita masih
indah seperti dulu. Aku rindu kau mengajakku bermain bilyard bersama. Aku rindu
saat kita makan mengamuk di SS sampai menambah 2 ceting nasi. Kau juga tambah 1 sambal bawang
lagi. Aku tau, kau sangat suka dengan sambal. Aku juga tau kau suka nata de
coco, walaupun diselingi dengan cerita kekasihmu dulu.
Aku rindu kau membelikanku pillow coklat seperti saat
awal aku main ke kosmu. Itu makanan favoritku. Kau menyuapiku. Beruntungnya aku
memilikimu. Dulu aku berfikir beruntungnya kekasihmu memilikimu. Kau penyayang.
Kau baik. Pernahkan aku mengatakan ini? Semoga kau tidak lupa. Aku heran,
kenapa dia bisa meninggalkanmu.
Dikamarmu, ada beberapa tulisan yang aku temui. Tulisan
Rylovya ada di mejamu, dinding dan jam dinding hadiah pemberiannya (kalau gak
salah kau pernah cerita). Sebegitu dalamnya dia dihatimu.
Kita pernah saling mengungkapkan apa yang kita rasa
walaupun itu hanya lewat BBm. Kau menanyakan tentang status pm ku yang
akhir-akhir ini sering mengganggumu. Kau merasa aku tersiksa denganmu. Kau
bilang kalau aku sudah tidak bisa denganmu, aku bisa mencari yang lain. Tapi
menurutmu tidak seperti itu. Kita miscomunication.
Kita sedang dalam hubungan yang kurang komunikasi. Kita sedang saling memendam.
Salahku yang tidak berusaha jujur dengan apa yang aku rasakan. Jujur saat itu
aku lelah sayang. Aku lelah dengan selalu berusaha untuk mempertahankan ini.
Hubungan kita kehilangan nyawanya. Entah sebabnya apa aku juga tidak mengerti
sampai saat ini. Yang aku rasakan, ada atau tidak adanya aku, hidupmu sama
saja. Aku tidak berguna menurutku. Maaf kalau aku berpikiran seperti itu.
Kau bilang kalau kau ingin berubah tapi dengan perlahan
agar kau tau detail. Kau tidak ingin dipaksa olehku. Dan saat itu aku berjanji
akan mengatakan ketika aku sudah tidak bisa lagi. Kau tidak mau melihatku
tersiksa katamu.
Setelah masa-masa itu. Aku kembali mendapatkan semangatku
untuk bersamamu. Kau sudah mulai belajar membaca Al-Quran walaupun saat itu aku
tau kau mendapatkan teguran rohani tersendiri setelah ada teman kos mu yang
mengatakan kalimat yang bisa mendobrak hatimu. Aku senang melihatmu seperti itu
walaupun itu bukan karna ku. Setiap malam ataupun sore, aku sempatkan untuk
mengajarimu. Dengan sabar kau belajar seperti itu membuatku seperti kembali
hidup. Iya sayang, aku percaya kamu pasti bisa.
Dan kau tau, kenapa aku bisa senangis itu kemarin di
kamarmu saat kau cegah aku pulang? Karna aku sudah lelah sayang. Lelah sekali.
Hatiku rapuh saat itu. Hanya dengan hentakan kecil sedikit bisa menghancurkan
air mata yang selama ini aku pendam. Bodoh memang, aku rela melawan hujan yang
menurutku tidak lebat namun bisa membuat ku jatuh sakit hanya untuk datang mengajarimu
membaca Quran. Kau tidak salah sayang. Kau tidak salah mengatakan kepadaku
ngapain aku maksain kesini. Aku yang salah. Tidak seharusnya aku begitu
mengejarmu. Tidak seharusnya aku begitu sayang kepadamu. Saat itu aku sadar
kalau rasa ini lebih berat keaku dibanding kamu, makanya rasanya sangat sakit
seperti ini. Maaf kalau aku menjadi beban untukmu.
Ketika teman-temanku menanyakan tentang H- yang ada di
status pm ku, kau tidak pernah menanyakannya. Apa karna kau memang bukan tipe
orang kepo. Tapi, tidak kepo dan tidak peduli itu beda tipis menurutku. Maaf
karna aku tidak memberitahumu apa-apa. Aku sengaja memang, agar aku tau
seberapa pedulinya kau denganku. Seberapa ingin tahunya kau tentangku. Walau
memang rasa sayangmu kepadaku tidak bisa diukur dengan hal seperti itu.
Aku memang orang yang seperti ini. Aku memang cengeng.
Aku memang kekanak-kanakan. Aku memang berlebihan menanggapi sesuatu. Karna
menurutku, jika menjalin hubungan, aku akan total didalamnya. Aku akan
mengerahkan semua semangatku untuk hubungan itu. Mungkin karna itu aku mudah
lelah. Ini sesuatu yang diluar kendaliku. Hatiku terlalu banyak berharap
padamu.
Karna itu, aku butuh seseorang yang mau mengisi segala
kelemahanku itu. Aku lelah berdiri sendiri. Aku lelah menyemangati diriku sendiri
disaat aku lelah. Aku lelah menjalani apa-apa sendiri. Tapi aku bisa apa. Hanya
bangkit sendiri yang bisa aku lakukan agar aku bisa survive. Agar aku tidak
tertinggal dengan waktu.
Io, taukah kau jika aku masih mau ngasih tau kamu ini
itu, masih nasehatin kamu, itu berarti aku masih peduli sama kamu. Taukah kamu,
nasehatin orang itu susah. Butuh kesabaran. Karna rasanya sakit jika apa yang
kita katakan tidak didengar, hanya dianggap angin lalu. Karna itu jarang ada
orang yang mau menasehati orang lain. Karna dicuekin itu rasanya gak enak. Aku
malah rindu sekali di marahin. Selama 2 tahun aku disini, sudah nda ada lagi
yang marahin aku. Biasanya, ibu sama bapak marah-marah kalau aku ngelakuin
kesalahan, atau gak mau diatur. Tapi ternyata aku merindukannya. Merindukan
dimarahi. Merindukan diatur-atur. Disini, tidak ada yang mengaturku. Terserah
aku bangun, tidur jam berapa. Mandi apa gak. Shalat apa gak. Kuliah apa gak.
Gak ada yang mengatur. Semua terserah aku.
Dulu aku pernah kan bilang kalau kita saling
mengingatkan. Aku pengen kamu peduli sama aku sayang. Aku pengen kamu marahin
aku ketika aku berbuat seenakku. Kita memang tidak pernah bertengkar hebat. Kau
memilih hilang saat aku mulai mengarah ke perdebatan. Padahal, perdebatan,
bertengkar, kemudian baikan itu salah satu yang mempererat hubungan kita.
Dan setelah kejadian kemarin. Saat aku hanya mengatakan
usaha biar dapat duit dan jangan boros-boros. Kau langsung mengganti display pic
mu dengan kata-kata yang membuatku menyerah dengan kita.
Maaf Io, selama hubungan kita ini aku belum bisa
membuatmu bahagia. Mungkin dengan kepergianku dan sudah tidak ada lagi hubungan
diantara kita, kau sudah tidak terbebani dengan hadirnya aku.
Maaf untuk segala ksalahan yang aku sadari maupun tidak
sayang. Maaf jika aku selalu mengatur-ngaturmu. Maaf jika aku selalu menyuruhmu
shalat, menyuruhmu membersihkan kamarmu, menyuruhmu mandi, ini itu. Aku tidak
sadar diri Io. Maaf, aku memang bukan siapa-siapa.
Tapi, untuk terakhir kali ini, biarkan aku
memperdulikanmu.
BTA mu segera diurus. Belajar mengajinya secepatnya. Biar
bisa ambil matkul Al-Islam. Biar nanti pas skripsi gak susah.
TOEP juga segera diurus sayang. Jangan lelah mencoba.
Kalau memang mau secepatnya kerja dan menghasilkan uang, kuliahnya juga
secepatnya diselesaikan.
Kamarnya dijaga kerapiannya. Sebagaimana capek mu, kalau
bisa kamarnya bersih. Biar kualitas hidupnya juga naik. Kalau rapi pasti
efeknya juga kekamu. Kasurnya di pakein seprai juga.
Duitnya jangan dibuat judi. Katanya nggak enak minta uang
ibu terus? kalau memang gak enak, seharusnya uangnya gak dibuat judi. Ditabung
saja. Buat keperluan yang mendesak kalau-kalau ibu telat ngirim uangnya.
Biasain bangun pagi. Trus dulu kan sering fitness tuh.
Dilanjutin aja fitnessnya. Jogingnya juga. Biar badannya makin kece. Biar makin
mirip Vino :D Biar nanti semua cewek cakep pada nyantol :D
Sepertinya sudah semua aku katakan sayang. Jangan
berpikir aku membencimu. Jangan berpikir aku marah sama kamu. Aku hanya tidak
tau bagaimana cara mencintaimu dengan tepat. Karna cara yang selama ini aku
lakukan adalah salah untukmu. Sama sekali tidak cocok untukmu. Aku hanya
menyerah sayang. Hanya itu.
Oh iya, ada yang lupa. Ingat saat aku menjemputmu di
kontarakan temenmu itu? Saat aku melihatmu dari bawah, karna kau sedang berada
di lantai 2 saat itu, hatiku berdesir lagi. Sama seperti waktu di stasiun. Aku
kembali jatuh cinta padamu. Haha, entahlah. Aneh memang. Disitu aku merasa,
bahagia bisa memiliki.
Selamat tahun baru sayang. Anggap saja ini kado tahun
baru dariku. Maaf kita tidak bisa merayakannya bersama.
Terima kasih telah hadir dihidupku dan memberikan
kebahagiaan untukku. Terimakasih sudah sayang sama aku walau dengan arti yang
belum bisa aku tafsirkan sendiri. Terimakasih atas pengalaman di akhir tahun
itu. Cukup membuatku banyak belajar.
Aku berdoa, semoga di tahun yang baru ini, kamu
mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Tuhan selalu
bersamamu, memberkahi dan merahmatimu Io.
Jika suatu saat kita bertemu, sapa saja aku :)
dari orang yang pernah sangat sayang
dan mungkin telah cinta padamu
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selesai dengan baik kok :)
Komentar
Posting Komentar