Langsung ke konten utama

Semacam kehilangan selera untuk mencintai siapa-siapa

2 Juni 2015
.............
Fan, aku boleh cerita.

Rasanya aku lebih memilih menyukaimu diam-diam dan tak terbalas daripada menyukai orang yang hampir selalu membuatku merasa sia-sia.

Menyukaimu tanpa ada balasan dan tanggapan tidak begitu sakit rasanya, tidak sesakit ini.
Ada yang bilang kalau sakit rasanya jika cinta bertepuk sebelah tangan. Haha, tapi tak lebih sakit dengan rasa yang saat ini aku rasakan.
Kebohongan lebih sakit dibandingkan kejujuran yang menyakitkan.

Fan, aku boleh nyerah gak? Nyerah untuk berjuang kepada orang ini. Seperti aku yang nyerah untuk bisa berharap bersamamu dan membiarkan Tuhan membuat jalan-Nya sendiri. Boleh Fan?

Bukankah hubungan yang baik itu bisa membawa kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seperti aku yang dulu mengejarmu dan mengubahku menjadi seperti sekarang ini hanya untuk menunjukkan bahwa aku serius. Tapi tetap saja hasilnya, aku tak bisa mendapatkanmu. Haha terimakasih untuk semua ini Fan. Secara tidak kau sadari, kau membentukku menjadi orang baru yang lebih menunjukkan diriku.

Rasanya lama sekali aku tidak lagi bercerita kepadamu, ya walaupun aku harus berimajinasi sendiri tentang itu. Tapi, aku nyaman merasa dekat denganmu walau hanya sebatas tulisan tulisan yang aku tujukan untukmu.

Aku cuma takut Fan. Takut kalau orang ini hanya menambah sejarah buruk di hidupku. Aku semacam kehilangan selera untuk mencintai siapa-siapa. Rasanya tak ada asuransi yang menanggung jika suatu saat nanti aku harus berada di keadaan sia-sia. Coba aja ada asuransi, aku pasti tak perlu takut untuk melangkah. Tapi ini? Harapan pun aku sudah tak bisa untuk jauh-jauh. Padahal, yang membuat kita terus bisa berani melangkah adalah harapan. Lalu sekarang? Aku seperti sedang berjalan dengan mata tertutup. Hanya berharap agar aku tidak tersandung sesuatu. Ya sama kayak sekarang. Berharap agar aku tidak sakit sia-sia. Sama kan? Harapannya hanya sebatas agar tidak jatuh. Bukan “harapan jauh” menghadapi bagaimana menjalani kedepannya. Ahh, aku tak bisa jika seperti ini terus Fan

Karna itu aku mulai berhenti berjuang untukmu. Karna aku tau, bagaimanapun aku berjuang, rasanya kau itu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan. Tapi hidup ini adalah kenyataan. Bukan kata-kata “kau adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan” dan tidak sedikit yang menjadikannya sebagai display BBM.

Aku berhenti bukan berarti kau juga sudah hilang begitu saja. Terkadang, ada suatu waktu aku merindukan mengejarmu lagi dan berharap Tuhan mengabulkan. Aku bukan orang munafik. Jujur kau masih ada. Tapi aku lebih kepada menghadapi kenyataan yang ada didepanku. Jalanku bukan kepadamu. Tapi kepada orang ini yang sedang aku usahakan. Saat ini jalanku kepadanya.
Fan, bisa bantu aku? Bantu aku untuk bisa tetap percaya seperti dulu. Percaya kalau Tuhan tidak pernah tidur. Percaya kalau Tuhan akan membantu hambanya. Percaya kalau Tuhan akan memberikan jawaban yang paling baik untuk makhluknya.


Fan, tolong bantuin aku ya. Doakan aku agar bisa kuat seperti dulu saat aku sadar kalau aku tidak bisa dengan mu. Doakan aku agar aku selalu menjaga badanku lebih utama daripada yang lainnya seperti dulu ketika aku masih mengejarmu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Aku Kembali dari Kematian Pikiranku

Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai melupakan sisi diri ku yang senang menulis. Ya seperti saat ini, hari ini tanggal 17 November 2024 Tuhan mengajakku bernostalgia dengan membawa ku kembali ke masa itu. Masa dimana aku mampu menikmati hidup, merenungi setiap hal dan kejadian, mengistimewakan setiap momen yang terjadi dan tidak tau bagaimana rasanya kelelahan.  Hari ini, Tuhan mengajarkan aku bahwa beberapa tahun kebelakang adalah tanda bahwa aku hanyalah manusia. Manusia adalah tempat lupa dan lalai. Begitupun aku, yang lupa apa yang membuat aku hingga sampai disini. Ingin rasanya aku segera rangkum semuanya, tapi kalau seperti itu, aku akan melewatkan momen spesialnya dari setiap kejadian. “ Karna tidaklah terjadi suatu kejadian agar bisa kita petik hikmahnya ” ini adalah kalimat yg membayangi ku beberapa hari terakhir. Selalu terngiang dan membuatku terasa sangat sesak beberapa hari ini. Apakah mungkin karna ini? Karna Tuhan ingin aku kembali menuliskan semua momen itu untuk...