Langsung ke konten utama

Untuk kamu orang yang dulu pernah mengistimewakanku

15 Juni 2015

Terima kasih untukmu karna dulu pernah menjadi bagian dari cerita ku.

Kamu yang mau membeli perdana baru dan mengganti nomormu hanya untuk bisa menelponku setiap malam

Kamu yang dulu sering aku acuh kan perasaanmu. Yang sering tidak aku hargai. Maaf karna memang sejujurnya aku tidak memiliki perasaan yang dalam kepadamu.

Kamu yang sering kali mau jauh jauh dari rumah hanya untuk melihatku dengan berbagai alasan yang kadang membuatku tertawa sendiri. Jujur aku tersentuh

Kamu yang lebih mengutamakan ke rumahku terlebih dahulu sebelum ke kost jika kamu pulang dari kampungmu

Kamu yang selalu dan tak pernah lupa memberi kabar kepadaku walau aku tak pernah memberimu kabar terlebih dahulu. Karna aku memang tidak begitu memiliki rasa kepadamu.

Kamu yang selalu menelponku ketika aku lama membalas pesanmu. Dulu setiap kau menelpon aku pasti marah-marah. Tapi sekarang aku tau, itu semua kau lakukan karna kau tak ingin kehilangan aku.

Kamu yang pernah kerumahku hanya untuk memberikanku sesuatu tanpa alasan dan kemudian pulang. Aku merasa sangat berharga waktu itu.

Kamu yang sering memanggilku dengan sebutan "ndoro putri" didepan teman teman mu. Sedangkan aku hanya memanggil dengan namamu dan kadang memanggilmu mas. Selain itu tak ada panggilan istimewa untukmu

Sekali lagi terima kasih untuk semua rasa itu. Setidaknya aku telah merasakan menjadi sosok yang berharga untukmu itu seperti apa. Aku pun bisa membayangkan menjadi sosokmu yang dulu mengistimewakanku betapa beratnya.

Aku yang tak pernah memberikanmu sesuatu pun.
Aku yang tak pernah benar-benar hanya bersamamu kala itu. Iyaa, aku juga bersama orang lain.
Aku yang tak pernah benar-benar serius kepadamu. Sering membentakmu, berkata kasar ketika aku malas meladenimu. 
Maaf untuk itu semua

Sekarang aku berubah. Sekarang aku yang sedang berada diposisimu.
Sekarang aku yang sedang bertahan dengan seseorang yang mungkin mirip denganku dulu.
Mengistimewakan seseorang yang tidak benar-benar menganggapku. Iyaa ini berat. Tapi sampai saat ini aku masih kuat.

Dulu saat aku bersamamu, budeku sering mengingatkanku untuk tidak seenaknya terhadapmu. Budeku takut jika aku mendapat karma.
Mungkin bisa saja ini karma dari hasil yang aku semai dulu terhadapmu.
Tak apa. Aku harus melewati ini

Sekali lagi, terimakasih karna pernah membuatku merasa teristimewa :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Aku Kembali dari Kematian Pikiranku

Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai melupakan sisi diri ku yang senang menulis. Ya seperti saat ini, hari ini tanggal 17 November 2024 Tuhan mengajakku bernostalgia dengan membawa ku kembali ke masa itu. Masa dimana aku mampu menikmati hidup, merenungi setiap hal dan kejadian, mengistimewakan setiap momen yang terjadi dan tidak tau bagaimana rasanya kelelahan.  Hari ini, Tuhan mengajarkan aku bahwa beberapa tahun kebelakang adalah tanda bahwa aku hanyalah manusia. Manusia adalah tempat lupa dan lalai. Begitupun aku, yang lupa apa yang membuat aku hingga sampai disini. Ingin rasanya aku segera rangkum semuanya, tapi kalau seperti itu, aku akan melewatkan momen spesialnya dari setiap kejadian. “ Karna tidaklah terjadi suatu kejadian agar bisa kita petik hikmahnya ” ini adalah kalimat yg membayangi ku beberapa hari terakhir. Selalu terngiang dan membuatku terasa sangat sesak beberapa hari ini. Apakah mungkin karna ini? Karna Tuhan ingin aku kembali menuliskan semua momen itu untuk...