Langsung ke konten utama

Malam ke-3 bulan :D



22 April 2013

Handphoneku berdering
“Indah persahabatan, tak pernah hilang dimemori ini
Tertawa bersama, meski selalu diiringi oleh kesedihan”

Sengaja ku biarkan lebih lama dia berdering.
Karna aku masih mengumpulkan kesadaranku.
Kesadaran deringan itu. Sudah lama sekali lagu itu nggak berdering.
Armada-Masa Depan aku pasang sebagai tanda dering kontak Bayu di handphoneku.

* Yul, aku minta maaf ya kalau selama ini aku udah nyakitin kamu | kayaknya sih gitu deh smsnya, entahlah, lupaak :D
Dan seterusnya dan seterusnya, bla bla bla….

Sampai pada intinya, dia ingin ke rumahku.
Bagai durian runtuh, aku cuma bisa berharap ini bukan mimpi.
Ku iyakan saja.

Setelah itu, setelah aku iyakan. Aku melompat ke kasurku. Membiarkan pikiranku berhayal semaunya. Kali ini aku membiarkan diriku kembali berharap | semoga

Dia datang…
Dia hanya menatapku. | Tuhan, sudah lama sekali aku nggak lihat tatapan ini, teduh banget :D

Entah mengapa,
mantan itu akan terlihat lebih cakeep
jika dia sudah nggak jadi milik kita
-Radio Galau-

That’s right, aku merasakannya juga.
Huufft, fine ! Kutarik nafas ini lebih dalam hingga memenuhi semua kekhawatiranku.

Aku memulai pembicaraan, menanyakan maksud dan tujuannya kesini
“Tumben kesini, kenapa?”
“Nggak. Cuman pengen main aja, sudah lamakan nggak kesini. Nggak boleh to ?
“Boleh kok “ | sambil senyum-senyum nda jelas gitu
“Kamu kenapa masih nungguin aku? Kenapa nggak nerima yang nebak kamu itu? Yang dimalang”

Ini orang dukun apa gimana ya
“Kok tau? Pasti Nisa yang cerita kan?”
“Nda pentinglah aku tau dari mana. Kamu itu loh. Ngapain nungguin aku. Udah 3 bulan loh aku nda sama.sama kamu, aku nyuekin kamu, aku nggak bicara sama kamu. Kenapa kamu masih nungguin aku?”
“Loh, siapa bilang aku nungguin kamu? Aku nggak nungguin kamu”
“Trus kenapa nggak kamu terima yang di malang itu?”

-_-
Ini orang maksudnya apa sih nanya gitu. Berharap gitu aku jawab “soalnya aku masih sayang kamu dan bla bla bla”
“Ya terserah aku lah mau nerima dia apa nggak”
“Nggak gitu, aku takutnya cuma gara-gara aku kamu kayak gini. Aku nda mau lihat kamu sedih terus, lihat kamu galau gara-gara aku”

Sumpah demi apapun, pisau mana pisau.

zzzzzzzzzzzz
tiiiiiiiittttttttt
booommmm

“Tau nggak, kalau dikelas, aku sering merhatiin kamu. Pengen kita bisa kayak dulu lagi”
“Trus, tujuanmu kesini kenapa?”
“Jujur ya, aku kangen kamu”
Jleeebbbb. (Posisi duduk : Bayu disebelah kananku. Aku disebelah kiri Bayu.)
Sekarang bayangin,
Yang tadinya kepalaku menghadap kekanan merhatiin dia. Dengan lembutnya ku arahkan kepalaku ke arah kiri dan langsung tertawa ala psikopat tanpa sepengetahuannya. Setelah puas, aku arahkan kembali ke kanan dan langsung memasang tampang termanisku :D

“Aku juga kangen sama kamu”
Bibirku mengatakannya. Kata-kata yang selama ini, selama 3 bulan ini yang menyekat tenggorokanku.
Dia tersenyum lagi.

“Udah malem nih. Aku balik dulu ya. Oyc, kamu kalau memang suka sama siapa aja, nda papa. Nda usah nungguin aku, nda usah mikirin aku”

……

Sebenarnya gini, aku bukan apa.apa sih nda punya pacar sampai sekarang. Aku cuman lagi pengen sendiri dengan kegalauanku. Tapi sebenarnya, kalau mau dibilang aku nungguin kamu,, yaaaa bisa dibilang begitu sih :D

Tapi, tapi, nda sampai sebegitunyalah.
Intinya gini, kalau memang Tuhan masih memberikanku cerita denganmu, pasti suatu saat nanti kita akan bersama. Ya walaupun harus melewati 3 bulan nyesek itu.

Malam itu pun berakhir. Dia pulang, dan menyisakanku banyak pertanyaan di kepalaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Aku Kembali dari Kematian Pikiranku

Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai melupakan sisi diri ku yang senang menulis. Ya seperti saat ini, hari ini tanggal 17 November 2024 Tuhan mengajakku bernostalgia dengan membawa ku kembali ke masa itu. Masa dimana aku mampu menikmati hidup, merenungi setiap hal dan kejadian, mengistimewakan setiap momen yang terjadi dan tidak tau bagaimana rasanya kelelahan.  Hari ini, Tuhan mengajarkan aku bahwa beberapa tahun kebelakang adalah tanda bahwa aku hanyalah manusia. Manusia adalah tempat lupa dan lalai. Begitupun aku, yang lupa apa yang membuat aku hingga sampai disini. Ingin rasanya aku segera rangkum semuanya, tapi kalau seperti itu, aku akan melewatkan momen spesialnya dari setiap kejadian. “ Karna tidaklah terjadi suatu kejadian agar bisa kita petik hikmahnya ” ini adalah kalimat yg membayangi ku beberapa hari terakhir. Selalu terngiang dan membuatku terasa sangat sesak beberapa hari ini. Apakah mungkin karna ini? Karna Tuhan ingin aku kembali menuliskan semua momen itu untuk...