Sebagian orang yang katanya lagi sedang
dimabuk cinta atau apalah namanya, pasti doanya hanya satu, yaitu agar bisa
berjodoh dengan orang pilihannya. Sepertinya iya. Hampir semua. Mungkin?
Kalau dibilang aku tidak sayang pada
malaikatku, terserahlah. Mungkin tak salah kau bilang seperti itu. Kebanyakan,
orang yang katanya sayang terlihat mengejar dan berusaha agar bisa bersatu.
Tapi aku? Haha, aku tidak usaha? Aku usaha kok.
Aku tidak bermaksud menjadi manusia
yang susah untuk dimengerti. Aku hanya mengikuti apa yang aku rasakan. Aku juga
tidak bermaksud dikasihani olehmu. Terkadang, rasa sayang itu tidak harus menjadi
peran di depan layar kan? Tak harus aku menyayangimu seperti orang kebanyakan.
Biarlah aku berjuang menyayangimu dengan peranku sendiri. Mungkin ini memang
sudah jatahku dari Sang Sutradara Semesta. Mungkin memang aku harus
menyayangimu dengan cara seperti ini.
Kenyataannya, hari itu...
Ingat, saat kita hujan-hujanan ke
kampusku, mencari jus untuk buka puasaku dan kita berhenti di warkop
langgananmu?
Dalam perjalanan menuju warkop, tanpa terasa air mataku mengalir dibalik mantel
hujan. Kau mengangkat kakiku ke atas kakimu. Tanpa kusadari, hatiku
menggumamkan doa.
“Tuhan, tolong buat orang ini bahagia
dunia akhirat. Walaupun akhirnya nanti aku tidak bersamanya, tolong pertemukan
dia dengan orang yang lebih daripada aku menyayanginya”
Aminku terhenti. Kenapa aku berdoa
seperti itu? Apa aku benar-benar sayang, atau? Lalu, jika aku tidak sayang, ini
perasaan apa?
Jujur, berat untuk mengamini doa yang
aku sendiri gumamkan itu. Manusiawi, aku takut kehilanganmu.
Begitulah caraku menyanyangimu. Kalau
suatu saat nanti waktuku telah habis untuk bersamamu, aku hanya ingin kau tetap
bahagia.
...................................................................................................................................................................
Tulisan itu aku tulis sekitar 3 minggu
yang lalu saat jam kuliahku.
Entah ini adalah firasatku atau
ketakutanku, hari ini aku memutuskan untuk tidak lagi bersamanya. | Yakin bisa?
| Entahlah, aku hanya ingin menjaga hatiku agar tidak kembali hancur
Kenapa? Bukannya kau sudah berniat
untuk tetap menyayanginya walaupun banyak rintangan yang kau dapatkan nanti? Kau
bilang, kau tak bakal peduli kalau dia tak jujur, dia menyukai orang lain, dia
menyakitimu, ada orang lain yang mengganggumu, siapapun itu kau tak peduli |
Iya, memang sekitar 2 minggu lalu aku berniat seperti itu. Tapi hari ini,
kemanusiawianku memberontak. Aku cemburu melihatnya bersama yang lain, aku
takut dia membohongiku, aku lemah untuk berpura-pura kuat, aku cuma mau dia untukku.
Hanya aku, gak ada yang lain. Aku kembali egois. Kembali menjadi manusia yang
menyebalkan menurutnya.
Andai dia tau, dia benar-benar bagaikan
malaikatku. Kehadirannya, membuat hatiku nyaman, membuat keberadaanku berarti. Tapi,
keberadaan kami hanya sebatas ini. Aku sudah tak bisa apa-apa. Aku sudah
berusaha menahan diri dari segala urusannya dengan Vita. Aku juga tengah berusaha
untuk tidak mempercayai Vita, dia atau siapapun. Dengan begini, aku kembali
menjadi orang yang menyanyanginya tanpa peduli dengan apapun.
Iya, mulai sekarang aku menyayanginya
lewat doa yang aku gumamkan saat aku sujud. Aku ingin berterimakasih kepada
Tuhanku karna telah menganugrahiku waktu-waktu terbaik bersamanya, sekaligus
agar aku bisa bersamanya lagi entah dalam waktu kapan dan bagaimana. Biarlah
Tuhan yang mengaturnya, itupun jika aku berjodoh dengannya.
Karna segala yang kita sayang pada akhirnya akan hilang, entah itu karna diambil Tuhan atau di ambil orang.
Belajarlah untuk memaknai keberadaannya dengan penuh syukur.
Jangan teralu genggam erat, biar tidak berkarat. Jangan terlalu diberi bebas agar tidak lepas.
Cukup dijaga dan dipeluk baik baik sampai pada saatnya nanti titipan itu pergi, entah itu karna diambil Tuhan atau diambil orang.
Komentar
Posting Komentar