Langsung ke konten utama

Tiba-tiba, ada sesosok malaikat. Ah, malaikat?



Minggu kedua di bulan Maret 2015

2015, ahh tahun baru ini | kok lemes gitu? tak sesuai harapan ya?

Sebelum 2014 kemarin berlalu, rasanya lingkaran hidupku seperti ada yang mengacau. Dari arah mana saja. Ada yang mengacau baik, ada juga yang mengacau parah. 

Mengacau baik seperti orang-orang baru yang datangnya secara ajaib, namun membawa keberuntungan tersendiri untukku. Tapi, yang mengacau parah bener-bener membawa keburukan berturut-turut mengikutinya. 

Tentang cinta ya? Asmara? Haha, kebiasaan deh. 

Bukan. Bukan tentang cinta atau asmara. Ini tentang kesabaran.

Setelah kepergian Rio, diawal tahun baru ini ada seorang malaikat kecil membantuku. Iya, menurutku dia malaikat. Malaikat tak harus berwajah tampan seperti yang digambarkan para manusia. Malaikat tak harus serba putih, karna mayat muslim pun memakainya. Malaikat juga tak harus berbuat kebaikan. Malaikat yang aku maksud disini adalah malaikat yang membuatku kembali merasakan cahayanya. Sudah lama aku tak merasakan cahaya hidup seperti ini. 

Cahaya yang sudah lama hilang setelah kepergian dia (suatu saat, dia ini pasti aku ceritakan, tunggu aku siap). Tapi cahaya si malaikat kecilku ini lebih dan lebih terang dari sebelumnya. Dia dan si malaikat ini jauh berbeda walau dalam prinsipnya sama. Sama-sama cahaya yang membangkitkan hidupku.

Aku terlalu drama ya? Haha, maaf. Tapi memang seperti ini lah aku. Aku merubah diriku, berarti aku merubah jalan takdirku. Dan ini adalah aku hasil perubahan yang aku usahakan selama 2 tahun lebih sejak keberadaanku di Solo ini. 

Malaikat kecilku itu terbiasa ku panggil Abu, M. Abu Sofyan lengkapnya, sepertinya begitulah kalau aku tidak salah. Dia adalah tetangga kami. Hanya beberapa langkah dari rumahku ini aku bisa menemukannya. 

Berarti sudah lama ya kenalnya? | Iya, sejak aku di Solo ini, aku sudah kenal dengannya. Hanya kenal, nggak lebih. 

Dan, di awal tahun ini, entah bagaimana ceritanya, dia berubah menjadi malaikat kecil dihidupmu, begitukah? | Haha, iya. Entah kenapa baru sekarang Tuhan membuat jalan pertemuan kami ini. Kenapa gak kemarin kemarin? Kenapa baru sekarang dia mencariku, mendekatiku. 

Ohh, iya. Dia memiliki seseorang saat itu. Namanya Vita. | Vita ini akan menjadi salah satu peran penting. Biasalaah. Sang mantan. Hahaha

Dan setelah aku tau kalau dia sudah tidak bersama dengan Vita itu sejak 3 bulan lalu, aku pun berusaha menjalaninya sesantaiku. Waktu berlalu. Bisa dibilang aku semakin dekat dengannya. Perlahan dia mulai masuk dihatiku. 

Sebelumnya, aku berjanji untuk menutup hatiku sementara waktu. Aku lelah berada dilingkaran asmara. Tapi dimalam itu, saat aku menikmati hangatnya wedang ronde di tengah cuaca dingin sehabis hujan, aku mengatakan semuanya. Sekuat tenaga aku menjelaskan kepadanya tentangku. Semua yang terjadi, apapun yang telah ku lakukan, hal-hal buruk yang ada padaku, ku jelaskan kepadanya kalau aku bukan orang yang tepat untuk orang sebaik dia. 

“Ini bukan masalah suka atau tidak sukanya aku sama kamu, tapi ini tentang kamu. Aku gak mau waktumu sia-sia denganku. Aku gak bisa janjiin apa-apa. Ada banyak, mungkin ratusan perempuan yang lebih dari aku. Jangan suka sama aku”

Sekuat tenaga juga malaikatku meyakinkanku. Pikiranku saat itu adalah, mungkin ini yang Tuhan kirimkan untuk yang terakhir kalinya. Mungkin kamu, yang akan membuat aku tidak seperti zombi hidup lagi. 

Waktu yang hanya sesaat ini mampu membuatku merasa sudah lama bersamamu. Aku bisa menjadi diriku apa adanya didepanmu, begitu juga kau. Sejak saat ini, kemanapun aku atau kau pergi, pasti ada kita. Terkadang, kita tertawa sendiri melihat kelakuan kita yang seperti pacarannya ala-ala anak SMA. Alay bin Ababil. Kita bahagia. Jujur, sudah lama sekali aku tidak merasakan sebebas ini. Perlahan, panggilan kita berubah menjadi Jo (Paijo).
Aku Paijo. Kau juga Paijo.Indah plus Alay ya :*

Aku baru tau kalau kau itu seorang Vokalis. Haha, sumpah.
Pernah waktu itu kau mengajakku latihan band mu, dan disaat pertama kali kau mengeluarkan suaramu, mulutku terdiam dengan raut wajah heran dan seluruh bulu badanku naik merinding. Ternyata suaramu kece badai maksimal :D

Aku juga tak butuh waktu lama untuk bisa masuk dikehidupanmu. Teman-temanmu, bapak ibumu, mereka semua membuatku merasa bahagia bisa bersamamu. Dan disini, aku merasa memiliki keluarga baru berkatmu. 

Ciiiee, beruntungnya bisa bahagia kayak gitu | Iya, kau sering bilang kalau aku beruntung berada diposisi sekarang. Iya, aku percaya Jo, beruntungnya aku memilikimu.

Perlahan, ada seseorang yang mulai mengacauku. Dia Vita, mantan terakhir si malaikatku itu. Dia membuat cerita-cerita aneh, meneror lewat Ig, Line, WA dan SMS. Entah dia mendapatkan nomorku dari mana. Sumpah, ini orang sakit. 

Awalnya aku tak merasa keganggu, aku malah senang ada orang yang kembali ngeresein hidupku. Tapi, lama-lama ini menyakitkan. Si malaikat kecilku itu berulah. Banyak masalah yang terjadi. Dari hal yang rasional sampai klasik. Dari ada yang ditutup-tutupi sampai aku tau kebenaran. Ada rasa kecewa setelahnya. Kecewa karna malaikatku itu tidak secepatnya memutuskan urusannya dengan Vita. Membiarkan Vita menggangguku, mengganggunya. Ahh, aku buntu..... 

bersambung? Mungkin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Nanti :)

Backsound by Threesixty-Sampai Nanti Halo malaikatku. Sekarang kau telah menjadi salah satu bintang yang sampai sekarang masih dapat ku lihat terangnya. Sejak banyaknya angin menghempas tali diantara kita, perlahan aku mengiyakan mu menjadi salah satu bintang di langitku. Siang ini langit mendung, dan tugas-tugasku pun sudah selesai ku kerjakan. Rasanya kalau kau sudah tak berada di sisiku pun sekarang aku terbiasa. Dan mungkin ini adalah cerita terakhir ku tentangmu. Dimana kan ku simpan semua harapan ini disaat ku temui, jalan yang tak bertepi Tak pernah ku lupa bagaimana kita dulu meminta saling menjaga satu sama lain. Menjatuhkan pilihan padamu dan padaku. Berharap jika ini nantinya berjodoh. Satu tiga lima tujuh bulan berjalan. Seperti hubungan lainnya kita diterpa berbagai masalah. Delapan sepuluh dan satu tahun hubungan kita terlalui, ada banyak hal yang dapat kita ambil sarinya, ilmu bahkan pahitnya rasa.   Seiring redup hati selimuti senyummu ta...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Kun Fayakun?

Dulu aku kira semua hal bisa diubah di dunia ini. Katanya nggak ada yang mustahil kan Katanya kun fayakun Tapi untuk beberapa waktu ini aku mulai tidak setuju tentang itu Ada hal yang tidak bisa diubah Sebesar apapun usaha, tak ada yang bisa mengubahnya. Ada yang bilang lagi butuh waktu untuk membuat sebuah perubahan Tapi adakah patokan seberapa lama menunggu dan berusaha? Apakah butuh waktu seumur hidup? Itu tidak adil menurutku. Banyak hal yang seharusnya bisa dilakukan lebih dari menunggu perubahan itu terjadi. Dulu aku kira semua hal tak ada yang tidak mungkin Ada yang bilang jika kita fokus pada satu tujuan maka seluruh energi alam akan membantumu Rasanya itu seperti sihir yang bisa membuat siapapun yang mendengarnya kembali bersemangat setelah kecewa Katanya tidak ada usaha yang sia-sia. Namun ini apa? Aku merasakan hal yang ingin sekali aku hindari. Aku telah berharap banyak jika ini bisa berubah menjadi lebih baik. Aku kecewa ...