Langsung ke konten utama

Kau akan tetap menjadi malaikatku :)

18 November 2015
Tak terasa sudah hampir satu tahun ini aku berhubungan dengan si malaikatku itu.
Di post yang berjudul “Tiba-tiba ada sesosok malaikat. Ah, Malaikat?” aku sudah menceritakan bagaimana pertemuanku dengannya. Iya memang sesingkat itu :)
Ada suatu waktu saat itu aku membuka-buka folder laptopku. Aku menemukan rekaman kita. Dibuat pada tanggal 23 Desember 2013. Didalam rekaman itu kita menyanyikan lagunya Still Virgin-Dear Ndut. Aku lupa kalau kita pernah duduk dan bernyanyi bersama. Aku ingat kalau dulu aku suka iseng merekam diam-diam. Dan rekaman itu membuatku seakan tak percaya kalau saat ini kita bersama :) terkadang hidup semisterius ini ya ;)
Banyak hal yang telah terjadi. Malam ini aku membuka-buka file-file lawas dan mengingatkan alasanku bertahan sampai sejauh ini denganmu. Sebelumnya telah aku jelaskan di post “Tentang Pasangan dan Bola di Malam Minggu”
Intinya kalau aku tak ingin memaksakan prinsipku sendiri.
Bagiku, kau memang malaikat. Kau baik. Kadang kau lucu, kadang juga garing, haha :D. Kau juga kakak yang baik menurutku. Kau teman makan yang baik, tak jarang kau menyuiri lauk ku untuk memudahkan ku makan, kau mengingatkanku dengan Ayahku. Ayahku juga sering melakukannya ketika sedang makan bersamaku. 
Kau juga keras kepala. Kalau kau sudah menyakini satu hal yang menurutmu benar, kau akan terus mempercayainya yang terkadang hal itu salah. Kau juga menurutku kurang tegas bersikap. Kau mudah terbawa suasana. Kau susah untuk mengontrol emosi dan tindakanmu sehingga tak jarang kau tak tau apa yang kau lakukan, kau lepas kontrol.
Dan mungkin masih banyak lagi kelebihan dan kekuranganmu yang belum aku ketahui.

Tak terasa sudah hampir satu tahun ini aku berhubungan dengan si malaikatku itu.
Dalam waktu yang bisa dikatakan singkat ini telah banyak masalah yang terjadi. Banyak kebohongan yang dia lakukan. Kadang aku menganggap dia bukan malaikat seperti yang aku pikirkan diawal bertemu. Kadang aku ingin kembali ke prinsipku dulu. Aku ingin segera mengakhiri hubungan ini.
Iya, aku tau. Tak ada orang yang sempurna. Karna itu aku masih memberinya kesempatan.
Di awal hubungan dia membohongiku tentang seorang teman wanitanya. Awalnya dia  tidak mengakuinya. Aku marah. Bagiku, kalau sudah tertangkap basah bohong, gak perlu ada pembelaan lagi. Bohong ya bohong. Saat itu aku ingin mengakhiri ini, padahal hubungan kami baru berjalan sebulan. Haha kasihan ya aku.
Dia meminta maaf. Dia berjanji untuk jujur padaku dan tidak mengulanginya lagi. Janji hanyalah janji. Beberapa minggu setelah kejadian itu, dia kembali membohongiku lagi. Kali ini dia berhubungan kembali dengan mantannya Vita. Vita meyakinkanku kalau dia bukan laki-laki yang pantas untuk dipertahankan. Dia berani menjamin kalau aku akan mengalami hal yang sama seperti dia. Ketika malaikatku itu telah menemukan orang lain dia akan meninggalkanku. Si malaikatku menyakinkan ku untuk tidak percaya pada Vita. Dia meyakinkanku kalau dia dan Vita tidak ada hubungan apa-apa.
Hingga pada waktu ketika kebenaran terungkap. Aku mendapati sendiri pesan-pesan mereka di wa maupun sms. Dengan ada panggilan-panggilan sayang mereka. Hahaha aku hanya bisa tertawa kecil saat membaca percakapan mereka itu.
Normalnya ketika kebohongan terungkap seharusnya pihak yang dibohongi yang marah, bukan pihak yang berbohong yang marah. Aku menghadapi makhluk apa sebenarnya Ya Tuhan. Aku mau nyerah saja. Sumpah.
Dia menjelaskannya lagi. Dan dengan terpaksa aku memaksa diriku untuk percaya dengannya. Untuk percaya bahwa kebohongannya itu untuk hal-hal yang BAIK. Sepengetahuanku namanya bohong itu adalah hal yang tidak baik.
Mungkin benar ada yang pernah bilang kepadaku kalau satu kebohongan akan membawa kebohongan-kebohongan lain. Dari satu kebohongan yang dia lakukan, dia melakukan kebohongan lagi. Entah berapa banyak kebohongannya selama kurun waktu 5 bulan bersama.
Aku sampai harus menganggap masalah Vita selesai waktu itu. Karna bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Aku kembali mengalah. Kembali mengubur masalah dan mencoba melupakan jika dia pernah berkali-kali mematahkan kepercayaanku.
Dengan senang hati dan penuh semangat aku mengatur surprise party. Aku memesan cake. Manis sekali kala itu. Seakan bagiku dia tak pernah melakukan apapun yang membuatku bersedih.  Sebisa mungkin aku mengumpulkan teman-temannya. Kau beruntung punya teman-teman yang sangat bisa diajak bekerjasama. Kehadiran mereka membuatku semakin bersemangat. Dan kejutan itu pun berhasil :)

Selang satu hari setelah itu. Kau kembali berulah. Ternyata kau masih berhubungan dengan mantanmu itu. Rasanya semua yang aku lakukan sia-sia. Jujur aku menyesal melakukan hal-hal seperti kemarin. Bagiku tak ada gunanya mempertahankan orang yang tak bisa dipertanggung jawabkan perkataannya. Membunuhmu pun tak bisa mengembalikan hatiku yang trauma akibat ulahmu.
Kau memintaku untuk kembali memaafkanmu. Kau berkata jika ini adalah yang terakhir. Manusia seperti apa yang bisa dengan mudah mengembalikan kepercayaan setelah banyak kebohongan.
Mungkin waktu itu aku memang sedang menerapkan prinsipku untuk tidak egois. Untuk selalu ingat bahwa tak ada manusia yang sempurna. Aku kembali memberinya kesempatan.
Waktu terus berjalan. Dengan setengah keyakinan aku berjalan dengannya. Sebisa mungkin aku memberinya perhatianku, memberinya kenyamanan. Aku terus berusaha untuk mengurangi ego ku.

Ada suatu kala aku memiliki firasat buruk. Entah dari mimpi yang berulang-ulang kali. Entah dari perasaan yang tiba-tiba saja muncul. Aku takut jika dia kembali membuatku ingin meninggalkannya.
Bulan puasa tiba. Aku menunggu saat berbuka puasa bersama malaikatku itu. Walau kadang aku harus menahan hati karna banyak kendala yang membuat ku tak bisa berbuka bersama. Hanya satu kali aku dapat berbuka bersamanya. Selebihnya dia hanya memberi ucapan via PM BBM nya “selamat berbuka puasa sayang :*”
Tak ada yang mencurigakan kala itu sampai Ibuku sendiri entah berniat apa mengatakan “Yul, jangan kepedean dulu sama statusnya Abu. Kan gak ada namamu. Cuma ada kata sayang, mungkin sayang nya yang lain” | Ibuku sudah beberapa bulan ini berteman di BBM dengan Abu.
Aku cuma diam, walaupun perkataan Ibuku mulai mengusik. Lagipula akhir-akhir ini perhatiannya ke aku sangat berkurang. Tapi aku tak mempermasalahkan, mungkin dia sedang sibuk saja.
Sampai hari raya tiba. Di hari itu aku dengannya malah bertengkar. Kebetulan aku di Surabaya kala itu. Aku disibukkan dengan kedatangan keluargaku sehingga aku gak terlalu memikirkan dia yang mulai berkurang waktunya untukku. Akhirnya, rasa lebaranku kala itu tak terlalu manis bagiku.

Hari kepulanganku ke Solo tiba. Dia berniat menjemputku di terminal. Tapi ada masalah-masalah kecil yang membuatnya terpaksa pulang dengan kekecewaan. Aku masih disibukkan dengan keluargaku yang dari Surabaya itu. Aku belum punya waktu untuk bertemu dengannya. Aku belum punya kesempatan untuk melegakan perasaan curigaku ini.
Malam kepulangan keluargaku ke Surabaya itu, aku menyempatkan makan bersama dengannya. Aku ingin meminjam handphonenya, tapi sama seperti dulu-dulu. Dia marah dan memaksaku untuk mempercayainya. Iya, aku sabar. Walaupun malam itu aku akhirnya kena semprot dari berbagai pihak karna menurut mereka aku menelantarkan keluargaku hanya karna bertemu sebentar dengan malaikatku itu. Yaa, aku cuma bisa menghela napas panjang. Mungkin aku memang salah.
Beberapa hari setelah kepulangan keluargaku. Aku kembali bisa bersama dengan si malaikatku itu. Senang rasanya bisa bersama dengannya lagi. Jujur selama sebulan puasa kemarin aku merindukannya. Seperti ada yang hilang jika sehari saja aku tak bertemu dengannya. | Mungkin aku lebay ya. Haha. Maklumi saja :D
Kebetulan handphonenya rusak. Jadi aku meminjamkan handphoneku kepadanya. Singkat saja, malam itu aku meminjam handphoneku yang dia pakai, dengan santai dia memberi walau dengan alasan pergi ke belakang dulu (pikiranku mungkin dia menghapus sesuatu). Setelah balik dari belakang, dia memberikannya. Aku membuka wa nya. Ada kontak yang terblokir disana. Resayang nama kontak itu. Aku membuka blokir itu dan mulai berpura-pura menjadi Abu. Aku mengirimkan pesan dengan hanya sebuah “titik” seperti kebiasaannya. Dan dibalas dengan kalimat “apa apa yang”
Ya. Benar selama ini kecurigaanku. Dia punya selingkuhan. Setelah aku telusuri. Ternyata mereka telah menjalin hubungan selama sebulan ini. Aku masih bisa mengontrol hatiku. Belum ada tanda-tanda air mata yang jatuh. Aku mengajaknya bertemu dengan Resa itu. Awalnya dia menolak, tapi kemudian dia mau. Di pinggir jalan kami bertengkar. Aku menanyakan alasannya mengapa berselingkuh. Dia menjawab dengan nada marah karna waktu itu aku dan dia sedang rame masalah Vita, karna itu dia melapiaskan dengan mencari perempuan lain.
Alasannya itu yang membuatku mulai menangis. Sepanjang jalan aku berpikir. Untuk apa Tuhan mempertemukanku dengan manusia seperti ini. Aku menyesal mengapa tidak mengakhiri sejak pertama kali dia membohongiku. Aku menyesal karna sudah sejauh ini dengan dia. Yang ada didalam otak dan hatiku saat itu, aku menyesal mengapa dia melakukan ini. Mengapa dia tega membohongiku lagi. Apakah memang sebenarnya dia tak ada perasaan kepadaku. Apakah hubungan ini hanya aku yang berjuang mempertahankan. Apakah aku semenyedihkan ini. Salahkah jika aku ingin berubah menjadi orang yang tidak ego dan mementingkan diri sendiri. Apakah ini cobaanku.
Aku harus bagaimana. Itu pertanyaan yang menggangguku selama perjalan menuju rumah Resa.
Singkat cerita, selain Resa ada wanita lain. Dima namanya. Aku tau ini juga dari Resa. Malaikatku tak pernah mengakuiku didepan mereka. Yang mereka tau, malaikatku ini tak punya hubungan dengan siapa-siapa. Karna itu mereka bisa dekat dan hampir setiap hari mereka berhubungan via BBM ataupun lainnya. Pantas aku tak pernah boleh melihat handphonenya.
Banyak yang terjadi. Banyak perdebatan. Banyak air mata. Aku kembali memaafkannya. Memberinya kesempatan lagi.
Entah orang bodoh macam apa aku. Entah terbuat dari apa sebenarnya hatiku. Dulu ketika aku bersama Rio, aku melepaskannya hanya karna 1 masalah dan tidak mau memberinya kesempatan lagi. Dan sebelum-sebelumnya juga seperti itu. Tapi karna ditahun ini aku memang ingin berubah dan merubah prinsipku, aku menjadi orang yang diluar perkiraanku. Cobaan ku berat sekali.
Beberapa minggu setelah itu. Aku kembali menemukan wanita asing dihandphonenya. Tapi dia menjelaskan kalau dia hanya mau membantu usaha online shopku. Aku percaya walau masih ada rasa ragu. Tapi sekarang dia gampang memberikan hapenya ketika aku minta. Iya, mungkin dia telah berubah :) mungkin aku bisa mempercayainya
Tak lama setelah itu. Aku menemukan percakapannya dengan Resa dan wanita baru itu. Secara tidak sengaja aku mendapatkannya ketika dia sedang tidur dirumahnya. Emosi ku kembali naik. Ternyata dia sama sekali belum berubah. Dia memanggil dengan kata sayang pada wanita itu. Dia mengingatkan untuk shalat tahajud. Sepenting itu. :)
Dan kehadiran Resa setelah dia berjanji untuk tidak menghubunginya lagi aku membaca percakapan mereka seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Seperti kejadian yang lalu, malaikatku mengatakan kalau sudah tidak berhubungan denganku. Pada Resa dia mengatakan kalau hubunganku dengannya gak bakal lama.
Aku hanya bisa menghela napas panjang. Pagi itu kami kembali berdebat. Dia kembali membela diri. Dia memaksaku untuk percaya kalau dia hanya berniat untuk silaturahmi. Dengan jalan seperti itu?
Manusia mana yang bisa percaya dengan perlakuan seperti itu. Dia mematahkan semangatku setelah mengatakan untuk apa memberinya kesempatan kalau memang tidak bisa mempercayainya.
Iya Tuhan. Aku tau. Aku salah memberi kesempatan kepada malaikatku ini. Seharusnya aku tidak memberinya. Seharusnya aku tidak memakai prinsip seperti ini kepadanya. Seharusnya aku tidak akan sesakit ini.
Akhirnya aku juga yang menyelesaikannya. Aku sampai mau menghubungi wanita itu sendiri. Mencari tau. Dan dengan keadaan yang terdesak malam itu dia mengakuinya di depan wanita itu. Tapi ternyata belum selesai sampai disitu. Mereka malah jalan berdua. Dia berkata kalau aku sudah tidak memberinya kesempatan lagi. Huft. Hatiku benar-benar di uji.
Sampai pada akhirnya aku menyuruhnya untuk membuat aku percaya. Dia memutuskan hubungannya dengan wanita itu. Meminta maaf kalau selama ini dia memberikan perhatian yang berlebih. Meminta maaf kalau dia kelewatan dalam caranya berteman.
Setelah kejadian itu. Hubunganku berjalan normal seperti biasa. Traumanku adalah ketika dia menghilang berjam-jam tanpa kabar dan aku pasti marah. Karna bagiku, jika ingin mendapatkan kepercayaanku lagi, jangan biarkan aku tanpa kabarmu. Karna jika begitu, kau sama seperti yang dulu. Kau hilang ternyata kau sedang jalan dengan wanita lain. Aku tak ingin itu kembali lagi.
Berkali-kali juga kita bertengkar hanya karna masalah kau hilang tanpa kabar. Berkali-kali juga aku memaafkan. Berawal dari 1 jam, 5 jam kau tanpa kabar, dan sekarang sampai berhari-hari. Kau membiasakanku tanpa kabarmu. Kau membiasakanku tanpa kehadiranmu. Kelakuanmu yang seperti itu secara tidak langsung telah membentukku untuk terbiasa tanpamu.

Banyak hal yang telah kita lewati. Mungkin memang kau sering kali membuatku bersedih yang kau sadari maupun tidak. Tak jarang aku menyembunyikan rasa sedihku selagi aku mampu. Aku tau aku bukan wanita sempurna untukmu. Aku juga sadar, mungkin karna aku belum bisa membuatmu bahagia karna itu kau mencari wanita lain untuk membuatmu bahagia.
Terlepas daripada semua itu. Kau sudah cukup membahagiakanku. Darimu aku bisa belajar bagaimana bersikap. Aku bisa belajar sabar. Belajar mengendalikan egoku. Aku juga mendapatkan keluarga baru berkatmu. Orang tuamu membuatku merasa beruntung memilikimu.
Terlihat ketika kau sangat mempedulikanku ketika aku sedang sakit. Terkadang kau memperlakukanku bak putri raja. Memanjakanku. I miss you.
Ini adalah waktu untuk kembali mengintrospeksi diri kita masing-masing. Membiarkan waktu yang menjawab. Membiarkan takdir yang melakukan. Karna aku sudah tidak tau harus melakukan apa untuk mempertahankan apa yang telah terjadi.
Aku telah sampai kepada titik dimana aku tau mengapa aku berada disini bersamamu. Aku telah sampai kepada bahwa tak semua hal bisa sesempurna apa yang kita bayangkan. Perlu adanya pengorbanan. Perlu adanya proses. Dan setelah semua usaha telah dikerahkan, semua doa telah dipanjatkan, biarkan alam yang menilai.
Aku tak akan kehilanganmu malaikatku. Walau bagaimanapun, kau telah menempati ruang khusus dihati ini. Sampai kapan pun, kau tetap malaikatku.

Setiap dari kita pasti akan memiliki seseorang yang mengajari kita akan sesuatu hal. Kau adalah pengajar yang baik sayang. I love you more than you know...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Aku Kembali dari Kematian Pikiranku

Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai melupakan sisi diri ku yang senang menulis. Ya seperti saat ini, hari ini tanggal 17 November 2024 Tuhan mengajakku bernostalgia dengan membawa ku kembali ke masa itu. Masa dimana aku mampu menikmati hidup, merenungi setiap hal dan kejadian, mengistimewakan setiap momen yang terjadi dan tidak tau bagaimana rasanya kelelahan.  Hari ini, Tuhan mengajarkan aku bahwa beberapa tahun kebelakang adalah tanda bahwa aku hanyalah manusia. Manusia adalah tempat lupa dan lalai. Begitupun aku, yang lupa apa yang membuat aku hingga sampai disini. Ingin rasanya aku segera rangkum semuanya, tapi kalau seperti itu, aku akan melewatkan momen spesialnya dari setiap kejadian. “ Karna tidaklah terjadi suatu kejadian agar bisa kita petik hikmahnya ” ini adalah kalimat yg membayangi ku beberapa hari terakhir. Selalu terngiang dan membuatku terasa sangat sesak beberapa hari ini. Apakah mungkin karna ini? Karna Tuhan ingin aku kembali menuliskan semua momen itu untuk...