Langsung ke konten utama

Elementary School :)

Kini aku mulai tumbuh besar (belum dewasa), memulai aktivitas baruku sebagai mahasiswa. Namun, tak semuanya tumbuh besar. Seperti halnya perasaanku ketika SD dulu.

Ari. 

Sebuah kenangan ketika ku kanak-kanak yang hingga saat ini masih tertanam dihatiku. Aku tak tahu seperti apa awalnya, tapi yang aku tahu, perasaan ini ada. Perasaan yang hingga kini menemaniku, mengisi pikiranku, menanyakan hatiku, dan membuatku bimbang.
Tak pernah ada hubungan khusus. Hanya pertemanan. Sebuah pertemanan yang membuatku slalu tertawa karnanya, membuatku tak pernah merasakan kesedihan. Jika aku mengingat masa kanak-kanakku, tawa dan senyumnyalah yang tergambar dibenakku.

Saat itu, aku hanya kanak-kanak, aku tak mengerti apa yang sebenarnya aku rasakan. Apa sebenarnya yang dia lakukan. Yang aku tau, dia hanya ingin menemaniku, membawaku tertawa bersamanya.

Tapi, suatu ketika, itu semua berakhir. Dan membuatku sadar apa yang telah terjadi kepadaku.
Berawal ketika itu dia mengungkapkannya. Aku hanya tertawa. Entah saat itu, apa yang aku pikirkan. Dan setelah itu, sikapnya berubah terhadapku. Walau tak banyak, tapi aku merasakannya.
Waktu berlalu. Kami memasuki masa SMP. Tak ada lagi kebersamaanku bersamanya. Tak ada cerita disini. Hanya ada satu pengakuan, yang merubah semua pemikiranku tentangnya.

Namanya Nur Fadillah. Biasa ku panggil Nur.

“Yul”
“Iya, kenapa?”
“Ada sesuatu yang pastinya buat kau kaget”
“Apaan? Tentang  apa? Palingan biasa adja”
“Ini tidak biasa, luar biasa, tentang seseorang”
“Siapa?”
“Temen SDmu”
“Iya, siapa ? Knapa dia ?”
“Ari
“What ?”
“Iya Ari, teman SDmu. Tadi aku sama dia lagi cerita-cerita tentang masa lalu”

Saat itu, entah bagaimana perasaanku.

“Dan kau tau. Kau adalah masa lalunya sewaktu SD. Dia banyak cerita tentangmu. Tentang kalian saat sekelas.”
“Kok bisa ? Emanknya awalnya kayak mana ?”
“Yah awalnya sih, aku sama dia lagi membahas masa SD, trus ntah kenapa dia menceritakanmu, seseorang yang dia sukai.”

Kalian tahu ? Bagaimana perasaanku ketika mendengar itu ? Bahagia dan keraguan.

“Serius? Kau nda bote’kan?”
“Iya serius. Dia sendiri yang bilang, kalau dia itu suka sama kau.”
“Hm, baguslah. Ternyata, dulu dia nda cuman main-main sama aku.”
“Dia juga bilang kalau bukan hanya dia yang menyukaimu, tapi Irfan juga.”
“What ? Dia ? Kok bisa ?”
“Yah ngak tau. Yang pasti waktu itu mereka bertaruh siapa yang bisa mendapatkanmu”
“….”
“Yul, kalau kau gimana ? Kau suka juga yah sama Ari ?”
“Suka ? Iya. Tapi, nda bisalah aku berharap, itukan perasaan sewaktu SD. Sekarang mungkin bukan suka namanya. Entahlah apa”
“Hahahaha,,, tenang Yul. Aku juga tanya sama dia, kalau sekarang perasaannya ke kau gimana. Tapi dia cuma jawab nda tau. Itu berartikan dia belum lupain kau”
“Tapi, mungkin dia nda tau itu karna pengen lupain aku.”
“Apa salahnya, kalau kau cari tau sendiri. Ok. Aku pulang dulu, ada urusan, hehehe.”

Terdiam. Hatiku berkata-kata. Apa benar aku harus mencari taunya sendiri ?

*Cerita ini benar-benar nyata, perasaan yang terpendam hampir selama 8 tahun (sejak kelas 6 SD :D). Kalo percakapan.nya, itu terjadi ketika aku kelas 2 SMP (lupa-lupa ingat) :).

*Cerita ini aku dedikasikan untuk Ari, temen-temen SD.ku (aku rindu kalian) dan untuk Allah.ku.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Aku Kembali dari Kematian Pikiranku

Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai melupakan sisi diri ku yang senang menulis. Ya seperti saat ini, hari ini tanggal 17 November 2024 Tuhan mengajakku bernostalgia dengan membawa ku kembali ke masa itu. Masa dimana aku mampu menikmati hidup, merenungi setiap hal dan kejadian, mengistimewakan setiap momen yang terjadi dan tidak tau bagaimana rasanya kelelahan.  Hari ini, Tuhan mengajarkan aku bahwa beberapa tahun kebelakang adalah tanda bahwa aku hanyalah manusia. Manusia adalah tempat lupa dan lalai. Begitupun aku, yang lupa apa yang membuat aku hingga sampai disini. Ingin rasanya aku segera rangkum semuanya, tapi kalau seperti itu, aku akan melewatkan momen spesialnya dari setiap kejadian. “ Karna tidaklah terjadi suatu kejadian agar bisa kita petik hikmahnya ” ini adalah kalimat yg membayangi ku beberapa hari terakhir. Selalu terngiang dan membuatku terasa sangat sesak beberapa hari ini. Apakah mungkin karna ini? Karna Tuhan ingin aku kembali menuliskan semua momen itu untuk...