Kini aku mulai tumbuh besar (belum dewasa), memulai aktivitas baruku sebagai mahasiswa. Namun, tak semuanya tumbuh besar. Seperti halnya perasaanku ketika SD dulu.
Ari.
Sebuah kenangan ketika ku kanak-kanak yang hingga saat ini masih tertanam dihatiku. Aku tak tahu seperti apa awalnya, tapi yang aku tahu, perasaan ini ada. Perasaan yang hingga kini menemaniku, mengisi pikiranku, menanyakan hatiku, dan membuatku bimbang.
Tak pernah ada hubungan khusus. Hanya pertemanan. Sebuah pertemanan yang membuatku slalu tertawa karnanya, membuatku tak pernah merasakan kesedihan. Jika aku mengingat masa kanak-kanakku, tawa dan senyumnyalah yang tergambar dibenakku.
Saat itu, aku hanya kanak-kanak, aku tak mengerti apa yang sebenarnya aku rasakan. Apa sebenarnya yang dia lakukan. Yang aku tau, dia hanya ingin menemaniku, membawaku tertawa bersamanya.
Tapi, suatu ketika, itu semua berakhir. Dan membuatku sadar apa yang telah terjadi kepadaku.
Berawal ketika itu dia mengungkapkannya. Aku hanya tertawa. Entah saat itu, apa yang aku pikirkan. Dan setelah itu, sikapnya berubah terhadapku. Walau tak banyak, tapi aku merasakannya.
Waktu berlalu. Kami memasuki masa SMP. Tak ada lagi kebersamaanku bersamanya. Tak ada cerita disini. Hanya ada satu pengakuan, yang merubah semua pemikiranku tentangnya.
Namanya Nur Fadillah. Biasa ku panggil Nur.
“Yul”
“Iya, kenapa?”
“Ada sesuatu yang pastinya buat kau kaget”
“Apaan? Tentang apa? Palingan biasa adja”
“Ini tidak biasa, luar biasa, tentang seseorang”
“Siapa?”
“Temen SDmu”
“Iya, siapa ? Knapa dia ?”
“Ari ”
“What ?”
“Iya Ari, teman SDmu. Tadi aku sama dia lagi cerita-cerita tentang masa lalu”
Saat itu, entah bagaimana perasaanku.
“Dan kau tau. Kau adalah masa lalunya sewaktu SD. Dia banyak cerita tentangmu. Tentang kalian saat sekelas.”
“Kok bisa ? Emanknya awalnya kayak mana ?”
“Yah awalnya sih, aku sama dia lagi membahas masa SD, trus ntah kenapa dia menceritakanmu, seseorang yang dia sukai.”
Kalian tahu ? Bagaimana perasaanku ketika mendengar itu ? Bahagia dan keraguan.
“Serius? Kau nda bote’kan?”
“Iya serius. Dia sendiri yang bilang, kalau dia itu suka sama kau.”
“Hm, baguslah. Ternyata, dulu dia nda cuman main-main sama aku.”
“Dia juga bilang kalau bukan hanya dia yang menyukaimu, tapi Irfan juga.”
“What ? Dia ? Kok bisa ?”
“Yah ngak tau. Yang pasti waktu itu mereka bertaruh siapa yang bisa mendapatkanmu”
“….”
“Yul, kalau kau gimana ? Kau suka juga yah sama Ari ?”
“Suka ? Iya. Tapi, nda bisalah aku berharap, itukan perasaan sewaktu SD. Sekarang mungkin bukan suka namanya. Entahlah apa”
“Hahahaha,,, tenang Yul. Aku juga tanya sama dia, kalau sekarang perasaannya ke kau gimana. Tapi dia cuma jawab nda tau. Itu berartikan dia belum lupain kau”
“Tapi, mungkin dia nda tau itu karna pengen lupain aku.”
“Apa salahnya, kalau kau cari tau sendiri. Ok. Aku pulang dulu, ada urusan, hehehe.”
Terdiam. Hatiku berkata-kata. Apa benar aku harus mencari taunya sendiri ?
*Cerita ini benar-benar nyata, perasaan yang terpendam hampir selama 8 tahun (sejak kelas 6 SD :D). Kalo percakapan.nya, itu terjadi ketika aku kelas 2 SMP (lupa-lupa ingat) :).
*Cerita ini aku dedikasikan untuk Ari, temen-temen SD.ku (aku rindu kalian) dan untuk Allah.ku.
Komentar
Posting Komentar