Langsung ke konten utama

Sekilas harapan d.ruang 4x4 ^_^

Aku memulai misi.ku (misi.ku apa ? Kapan-kapan aku cerita deh) dengan mengikuti les Bahasa Inggris di LIA SOLO. Hubungan.nya misi.ku dengan les Bing apa ? Semua ada alasan.nya. Pokok.nya kapan-kapan pasti aku cerita. Penasaran yah (kepedean -_-) :D

Setiap langkah punya cerita. Ceiillehh.
Setiap Senin dan Rabu tepat 18.30 WIB pasti ada cerita. Haih, kalau ada cerita pasti ada harapan -_- (takut ngak kesampaian). Tapi, khusus hari ini, ada harapan pasti ada kesempatan. Haha, begitulah yang terjadi dengan.ku sekarang, i think.

<< Detik-detik awal masuk kelas
Semangat. Percaya diri (halah, gaya.mu). Fokus ke.tujuan utama alasan masuk sini (misi).
Jeng. Jeng. Jeng
Bertemu wajah-wajah baru. Haha, ternyata aku paling muda d.sini.
Dengan santainya aku pandangi satu per satu wajah teman sekelasku ini. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatianku. It's about something. Don't you think about someone, ok. Please.

Naaah, kalo udah sampai sini, lupa deh tuh ama misi. Hehe, maklum manusia, khilaf (alasan umum -_-).
Tapi, ini beneran loh. Ngak bercanda. Tujuan.ku untuk ada d.sini mulai bercabang.
Inget sih ama misi. Tapi, something itu lebih kuat mengambil perhatianku.

Faisal. Yah hanya itu yang aku tahu. Absolutly, i know more. He likes MU, Messi.
Bukan apa-apa loh yah. Aku tahu itu, karna waktu itu ada tugas menceritakan gambar. Nah, pas kebetulan dia menceritakan pemain bola favoritnya.

Biasa saja. Sederhana. Tidak tampan (yakin ?). Pemalu. >> Itu yang aku simpulkan ketika melihatnya.
Ingin diperhatikan. Slalu mencuri pandang kearahnya. Berharap memiliki kesempatan ngobrol berdua. Pengen sekelompok bareng. >> Itu yang aku rasakan saat di kelas.

Harapan ini berawal ketika itu, Mr. Ali (guru les kami) memberikan tugas untuk membuat dan mempraktekkan percakapan. Setiap orang diberi kesempatan mengambil kertas yang berisi.kan nomor untuk penentuan pasangan.
Tau.lah (iya iya tau -_-), dipikiran.ku pasti terlintas sekilas (sedikit aja loh, ngak banyak), berharap berpasangan ama si dia.
Namun, sungguh disayangkan. Harapan itu sirna ketika membuka gulungan kertas itu. Dia berpasangan dengan orang lain (alhamdulillah itu cowok. Seneng ? Sedikit sih. Halah, berkilah).

And finally, today i'm pair up with him. How it's happen (aku saja kaget, bener loh, ini kaget) ?
Mr. Ali sedang mengocok kartu. Menyebarkan.nya di atas meja. Kami, disuruh untuk memilih kartu sebagai cara penentuan pasangan (berharap lagi, tapi tidak seberharap waktu itu. Intinya, aku biasa saja). Mr. Ali berkata, penentuan pasangan ditentukan dengan angka yang sama.
Aku mendapatkan kartu 4 sekop.
And, you know what. He has card 4 love.

Seneng sih seneng, tapi aku ngak norak yah (halah, biasa.nya aja norak).
Dan kau tahu, bagaimana rasanya berbicara dengan something untuk pertama kalinya ? "Kebetulan" Itu jawabanku.
Tapi tak apa. Setidaknya, sekilas harapan itu, bisa terwujud.

Ini mengajarkanku. Sekilas harapan saja bisa menjadi nyata dengan hanya bermodalkan kartu (kebetulan).
Bagaimana dengan yang bermodalkan doa dan usaha ? Pasti kalian tahu jawabannya ;)
Teruslah berharap, dan jangan pernah takut. Karna, kebetulan itu ada d.setiap cerita.
Prok prok prok




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Aku Kembali dari Kematian Pikiranku

Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai melupakan sisi diri ku yang senang menulis. Ya seperti saat ini, hari ini tanggal 17 November 2024 Tuhan mengajakku bernostalgia dengan membawa ku kembali ke masa itu. Masa dimana aku mampu menikmati hidup, merenungi setiap hal dan kejadian, mengistimewakan setiap momen yang terjadi dan tidak tau bagaimana rasanya kelelahan.  Hari ini, Tuhan mengajarkan aku bahwa beberapa tahun kebelakang adalah tanda bahwa aku hanyalah manusia. Manusia adalah tempat lupa dan lalai. Begitupun aku, yang lupa apa yang membuat aku hingga sampai disini. Ingin rasanya aku segera rangkum semuanya, tapi kalau seperti itu, aku akan melewatkan momen spesialnya dari setiap kejadian. “ Karna tidaklah terjadi suatu kejadian agar bisa kita petik hikmahnya ” ini adalah kalimat yg membayangi ku beberapa hari terakhir. Selalu terngiang dan membuatku terasa sangat sesak beberapa hari ini. Apakah mungkin karna ini? Karna Tuhan ingin aku kembali menuliskan semua momen itu untuk...