Langsung ke konten utama

Kesedihanku malam ini :(

25 Juni 2013

Mungkin aku cuman bisa bilang maaf saja kalau aku selama ini banyak berbuat salah.
Tuhan, aku ngak tau harus bagaimana
Aku ngak tau harus cerita sama siapa
Sampai kapan begini Tuhan.
Aku ngak sanggup kalau lebih dari ini.

Tuhan, apakah ini salah satu ujianmu untuk ku
Kalau memang iya, bantu aku mengikhlaskannya
Bantu aku menjalaninya Tuhan.
Bantu aku melewati ini Tuhan.
Aku merasa sendiri disini.

Tapi, aku kuat kok, kuat sekali.
Mungkin memang aku harus diam.
Yah, mungkin hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang.
Jujur Tuhan, sekarang aku lapar. Aku mau makan. Tapi, aku ngak enak. Aku merasa asing disini.

Tapi Tuhan, hari ini tidak terlalu buruk kok. Makasih atas bantuan-Mu tadi ya, mengejutkan sekali. Indah rasanya memiliki-Mu yang masih mau mendengarkanku :)

***

Indah sekali mendengar tertawaan kalian dari sini.
Ingin rasanya aku berada disana, tertawa bersama kalian.
Tapi, mungkin itu dulu. Sekarang, mungkin aku yang sudah berbeda.
Maaf kalau aku belum bisa menyadari apa yang telah berubah.
Sepertinya, malam ini adalah malam yang suram ya. Suramnya pake banget.
Sedari tadi, aku menarik napas sepanjang yang aku bisa. Lumayan membuatku lega. Cukup menenangkan.

Namun, sesuram bagaimanapun, malam ini Tuhan mengirimkan sesosok orang yang menunggangi seekor MX merah kerumahku untuk membawakan materi untuk ujian besok. Makasih ya :)



Semoga ujian besok tidak sesuram malam ini ya Tuhanku ;)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Nanti :)

Backsound by Threesixty-Sampai Nanti Halo malaikatku. Sekarang kau telah menjadi salah satu bintang yang sampai sekarang masih dapat ku lihat terangnya. Sejak banyaknya angin menghempas tali diantara kita, perlahan aku mengiyakan mu menjadi salah satu bintang di langitku. Siang ini langit mendung, dan tugas-tugasku pun sudah selesai ku kerjakan. Rasanya kalau kau sudah tak berada di sisiku pun sekarang aku terbiasa. Dan mungkin ini adalah cerita terakhir ku tentangmu. Dimana kan ku simpan semua harapan ini disaat ku temui, jalan yang tak bertepi Tak pernah ku lupa bagaimana kita dulu meminta saling menjaga satu sama lain. Menjatuhkan pilihan padamu dan padaku. Berharap jika ini nantinya berjodoh. Satu tiga lima tujuh bulan berjalan. Seperti hubungan lainnya kita diterpa berbagai masalah. Delapan sepuluh dan satu tahun hubungan kita terlalui, ada banyak hal yang dapat kita ambil sarinya, ilmu bahkan pahitnya rasa.   Seiring redup hati selimuti senyummu ta...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...