Langsung ke konten utama

Ikrar Blog

Blog ini sebenarnya sudah lama ada, hanya saja aku yang tidak pernah mengurusnya. Maklum, masih belum ngerti kayak gini.ginian.

Setelah kepindahanku di Solo ini, aku tertarik untuk kembali mengurusnya. Perlahan aku mulai merangkai cerita-cerita untuk aku sajikan di blogku. Terkadang, aku berusaha membuat cerita lucu agar siapapun yang membacanya bisa tertawa. Dan hasilnya, aku membuat suatu cerita aneh yang ngak ada lucu-lucunya, kasihan banget yang baca T_T

Well, aku sebenarnya punya janji kepada blogku. Aku berikrar, "Aku ngak akan nulis cerita masa laluku, pokoknya ngak akan mau nulis cerita sedih ngak jelas, pokoknya harus membuat cerita yang bermutu" (halah, aku ini janji apaan sih)

But, entah kenapa aku ingin sekali menulis cerita masa laluku. Cerita tentang dia, mereka, kalian dan semua cerita-cerita gila yang aku lakukan dulu. Ngak ada yang salah sih memang, cuman aku hanya ingin melupakan semua masa laluku. Aku ngak mau ingat-ingat itu lagi, terlalu indah dan terlalu menyakitkan. Aku ngak bisa. Aku ngak mau tenggelam dalam masa itu lagi. Ngak mau :(

Tapi, aku tetap akan menulisnya. Siapa tahu ada sutradara yang baca ceritaku, trus tertarik mau buatin film, trus filmnya tayang di bioskop-bioskop, trus aku datang beli tiket, trus aku nonton film yang aku buat sendiri skenarionya, trus aku dapat royalty dari hasil film ini, trus aku dapat uang banyak, trus aku pindah ke luar negeri, trus nikah sama orang sana, trus aku punya anak, trus tua dan trus mati. Tamat.
Benar-benar cerita yang indah T_T

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Nanti :)

Backsound by Threesixty-Sampai Nanti Halo malaikatku. Sekarang kau telah menjadi salah satu bintang yang sampai sekarang masih dapat ku lihat terangnya. Sejak banyaknya angin menghempas tali diantara kita, perlahan aku mengiyakan mu menjadi salah satu bintang di langitku. Siang ini langit mendung, dan tugas-tugasku pun sudah selesai ku kerjakan. Rasanya kalau kau sudah tak berada di sisiku pun sekarang aku terbiasa. Dan mungkin ini adalah cerita terakhir ku tentangmu. Dimana kan ku simpan semua harapan ini disaat ku temui, jalan yang tak bertepi Tak pernah ku lupa bagaimana kita dulu meminta saling menjaga satu sama lain. Menjatuhkan pilihan padamu dan padaku. Berharap jika ini nantinya berjodoh. Satu tiga lima tujuh bulan berjalan. Seperti hubungan lainnya kita diterpa berbagai masalah. Delapan sepuluh dan satu tahun hubungan kita terlalui, ada banyak hal yang dapat kita ambil sarinya, ilmu bahkan pahitnya rasa.   Seiring redup hati selimuti senyummu ta...

22 Agustus 2012

Ku melihatnya di.bawah, mengambil sebuah cincin, berwarna biru. Aku berteriak “maling”!!! Dia mendatangi.ku. “Kenapa?” kata.ku. Dia menunjuk sebuah foto. “Itu ayahmu yah, kalo dia kenapa-kenapa gmna yah?” “Kau mau apain ayah.ku, nda akan bisa kau apa-apain dia, kau tu Tar, knpa juga kau begitu, mau sampai kapan kau begini. Senang.kah kau dibicarakan orang, senang kau dibenci sama orang, sudahlah Tar, tua bha sudah kita nie.” Aku terdiam sejenak, mengambil napas panjang, dan tanpa aku sadari aku mengatakannya.  “Sebenarnya aku tu sayang bha sama kau Tar (wajahnya terlihat kaget), tapi ya…” Mata.ku terbuka. Aku terdiam. Wajahnya masih ku ingat jelas, hingga aku menuliskan ini, senyum kagetnya itu masih terasa berada di depanku. *Tar = Muktar *Muktar = Temen SDku yang pernah aku suka waktu itu, dan sekarang dia sudah berada ditempat yang berbeda. I hope he Rest In Peace :)

Maafkan Penulis karna sedang melewati masa-masa kritis

Waktu kembali meminta ragaku dan ragamu saling menjauh. Perlahan hati ini mulai mencari jalannya sendiri. Mulai meniti kesedihan yang pernah terukir. Sempat aku menyesal memulai kisah yang hampir sempurna ini. Hati ini kembali menggetarkan pipi. Mengundang tangis yang hampir saja mereda. Mata ini melihat sesosok rasa yang mencoba disembunyikan. Sia sia. Rasa itu mengoyak keluar. Menggores hati yang selama ini mencoba mengekang. Kini rasa itu menghancurkan segalanya. Malam ini aku kembali menjerit dalam doa. Tangisku tumpah turun membasahi penutup shalatku. Doa yang terpanjatkan lebih terdengar seperti lolongan minta tolong. Ini titik terlemahku. Aku baru saja bertemu kembali dengan dia yang entah masih aku cinta atau tidak. Pertemuan singkat namun mampu membuatku kembali harus membangun benteng pertahanan. Kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin pertemuan kemarin terjadi. Air mataku semakin deras turunnya. Kembali aku mengusap air mata ini. Menahan rasa sesak ya...